4 Sep 2010

Posong Sagotrah (01)

PENGANTAR

(Tulisan Bersambung)

Tulisan Posong Sagotrah disusun dalam rangka menelusuri garis keturunan keluarga besar dari induk keturunan keluarga besar Dukuh Posong yang dirasakan semakin hilang. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan untuk menjalin kembali tali silaturahmi dan menjadi renungan bagi generasi sekarang dan berikutnya untuk memetik hikmah serta manfaat adanya kekurangan dan kelebihan peri kehidupan para pendahulu.

Bagan 1. Ilustrasi Silsilah asal-usul induk trah
(mohon di-klik bagan diatas untuk
melihat tulisan lebih besar) 
Tercatat adanya beberapa informasi dari alur waris dan sumber terpercaya yang masih sugeng hingga tahun 2010 adanya kisah  nyata asal-usul Trah terkait  “Induk Posong Sagotrah” . 
Mitos 3 (tiga) Tokoh pendiri pedukuhan Margowangsan yaitu Kyai Soro, Kyai Dirgonegoro dan Nyai Sunti Aking yang pernah menempati Dusun Margowangsan masih terkait erat dengan kehadiran Induk Trah Posong, namun sulit ditelusuri karena tidak adanya catatan. Penelusuran akhirnya berjalan dengan menggabungkan masukan dari para pinisepuh satu dengan pinisepuh lainnya dikaitkan dengan situs peninggalan berupa batu nisan di Pekuburan Kidul Dsn Margowangsan dan Pekuburan Besar Dsn. Mudal.

Kesimpulan, bahwa Induk Trah adalah “warga pendatang” dari kalangan Laskar Mataram pasca ontran-ontran kehidupan politik Mataram tahun 1700-an.

Induk Keturunan Posong terdiri dari 3 (tiga) orang bersaudara yang tinggal Posong, Kuncen dan Gadingsari yang tidak diketahui pasti asal muasalnya. Penuturan para sesepuh yang disampaikan secara turun-temurun, ketiga orang bersaudara tersebut adalah Laskar Mataram yang masih terkait dengan ontran-ontran politik Mataram pasca Perjanjian Gianti pada masa Pemerintahan Mataram tahun 1775 M.

Bagan 2. Induk Trah Silsilah dan keturunan pertama
(mohon di-klik bagan diatas untuk melihat
tulisan lebih besar)
Penulisan Induk keturunan dari Posong yang selanjutnya disebut “Posong Sagotrah" dan pada tahun 2000-an ini merupakan generasi ke-empat. Sedangkan induk keturunan dari Kuncen dan Gadingsari tidak banyak disinggung oleh karena minimalnya informasi. Silsilah Induk Posong Sagotrah menampilkan sekilas petunjuk garis keturunan yang masih dapat diidentifikasi saat ini.

Dalan tulisan ini Penulis mengetengahkan keturunan yang terkait dengan generasi pertama dari induk Trah Posong antara lain adalah Setro Saiman diperkirakan hidup pada tahun 1880-an hingga 1930-an di Dusun Posong  yang merupakan "cikal bakal" brayat  (keluarga besar) yang kemudian migrasi ke Margowangsan bersama anak pertamanya Kartowiryo.
Setro Saiman  menurunkan 9 orang anak.  Anak pertama Setro adalah Kartowiryo yang menurunkan 6 orang anak yang seluruhnya tinggal di Dukuh Margowangsan (Gangsan).




Dengan semakin banyaknya anak keturunan yang mencari penghidupannya ke seluruh penjuru tanah air, maka tali silaturahmi dengan sendirinya semakin memudar.  Pudarnya tali silaturahmi tidak hanya faktor semakin banyaknya anak keturunan, tetapi juga karena dampak perkembangan sosial akibat kemajuan zaman yang menuntut profesionalisme dan individualistis, perbedaan tingkat kesejahteraan, keberpihakan kepada salah satu golongan dakam pencalonan pemimpin lokal (baca : pemilihan Kepala Desa/Lurah), tragedi politik nasional  dan keberpihakan kepada suatu golongan atau partai politik pada saat menjelang Pemilihan Umum. Adapun perbedaan keyakinan atau agama bukan merupakan sesuatu yang dipermasalahkan.


Posisi Induk Trah Posong di Dsn.Posong, Gadingsari dan Kuncen
Kec. Sawangan  Kab. Magelang 

Metode penyusunan dilakukan dengan wawancara dari pelaku sejarah antara lain “mBah Sahli Slamet (alm)” yang berdomisili di Dusun Dampit, Mertoyudan, Magelang, mBah Udo Taruno (Amin) Dusun Bendan, Sawangan, Bapak saya Samidi, Pak Suharto Ngaglik nDuwur, Bapak Turmudi (Jakarta) dan lain-lain yang ditulis mulai tahun 2001 - 2007. Tulisan ini masih perlu penyempurnaan melalui klarifikasi dan konfirmasi dengan sumber-sumber yang masih ingat dan faham terhadap garis keturunan ini. Mohon dapat hubungi kami jika pembaca memiliki informasi untuk melengkapi tulisan ini.

Kepada Sesepuh dan Pinisepuh serta sumber informasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan bagi mereka yang merasa memiliki data akurat tetapi belum tertampung, Penulis mengharapkan dapat membantu melengkapi guna perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut.

Catatan :
  1. Situs Batu Nisan tinggi menjulang sekitar 2 M di Pekuburan Mudal yang bertuliskan nama : Joyo Negoro justru tidak diketahui alur silsilahnya.
  2. Begitu juga Situs Batu Nisan di Pekuburan Mudal yang terbuat dari batu persegi, bentuknya sederhana dan lebih panjang (± 2,5 M) dari batu nisan di sekelilingnya, dipercaya oleh masyarakat Dsn Margowangsan sebagai kuburannya Nyai Sunti Aking, istri dari Pangeran Dirgonegoro yang keduanya pernah tinggal di Dsn Margowangsan pasca Perang Diponegoro tahun 1830. Oleh karena keduanya tinggal di pedesaan sudah pada usia senja, bisa jadi tidak mempunyai alur keturunan.  Siapakah Pangeran Dirgonegoro dan Nyai Sunti Aking...? Yang jelas bukan terkait dengan alur keturunan dari Posong Sagotrah, yang sudah terlebih dahulu migrasi sekitar tahun 1780-an.

Bersambung ke tulisan berikutnya.

Tidak ada komentar: