Tampilkan postingan dengan label Raja-raja Jawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Raja-raja Jawa. Tampilkan semua postingan

12 Nov 2011

Raja-raja di Tanah Jawa

Prasasti Canggal di Kec. Salam - Kab. Magelang
Pembaca yang budiman, tulisan ini saya gali dari berbagai sumber a.l Kitab Pararaton atau Kitab Para Datu di Tanah Jawa, Babad Tanah Jawi, Wikipedia, dll. Pada awalnya saya membaca suatu Blog yang berisi tentang daftar Raja-raja Jawa dari suatu Blog, namun setelah saya runut tulisan tersebut tidak ada sumber naskahnya, maka saya menelusuri wikipedia dan ternyata sudah ada di sana.


Berikut Nama Raja-raja Tanah Jawa yang tetulis pada peninggalan batu prasasti mulai dari Mataram Kuno atau semasa Tanah Jawa dibawah kekuasaan Raja-raja Hindu pada tahun 730-an M hingga Mataram Islam yang kita kenal dengan Kasunanan Suarakarta dan Kasultanan Yogyakarta.



Mataram Kuno
  • Wangsa Syailendra Sri Indrawarman (752-775)
  • Wisnuwarman (775-782)
  • Dharanindra (782-812)
  • Samaratungga (812-833)
  • Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya)
Wangsa Sanjaya
  • Sanjaya (732-7xx)
  • Rakai Panangkaran : Dyah Pancapana (syailendra)
  • Rakai Panunggalan
  • Rakai Warak
  • Rakai Garung
  • Rakai Patapan (8xx-838)
  • Rakai Pikatan (838-855), mendepak wangsa Syailendra
  • Rakai Kayuwangi (855-885)
  • Dyah Tagwas (885)
  • Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
  • Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
  • Rakai Watuhumalang (894-898)
  • Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
  • Daksa (910-919)
  • Tulodong (919-921)
  • Dyah Wawa (924-928)
  • Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan dari Kedu Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang)
Medang
  • Mpu Sindok (929-947)
  • Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
  • Makutawangsawardhana (9xx-985)
  • Dharmawangsa Teguh (985-1006)
  • Kahuripan Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang (Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)
Janggala dan Kadiri (tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)
Pada periode 1045 – 1116 ini muncul cerita Raden Panji yang menggambarkan adanya krisis kepemimpinan raja-raja Jawa yang menurut kepercayaan Hindu keturunan Raja tertimpa kutukan dari Yang Maha Kuasa reinkarnasi menjadi seekor binatang atau terasingkan ke tengah belantara dan menjadi raja atau keturunan raja setelah melalui sayembara, mis : cerita Joko Kendil, Cindelaras, Keong Emas, dll dan .


Kadiri (tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri dari tahun 1045 hingga tahun 1116)
  • Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
  • Jayabaya (1135-1159)
  • Rakai Sirikan (1159-1169)
  • Sri Aryeswara (1169-1171)
  • Sri Candra (1171-1182)
  • Kertajaya (1182-1222)
Singhasari
  • Tunggul Ametung diteruskan Ken Arok (1222-1227)
  • Anusapati (1227-1248)
  • Tohjaya (1248)
  • Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
  • Kertanagara ( 1254-1292)
Majapahit
    Emblem Surya Majapahit
  • Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
  • Jayanagara (1309-1328)
  • Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
  • Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
  • Wikramawardhana (1390-1428)
  • Suhita (1429-1447)
  • Dyah Kertawijaya (1447-1451)
  • Rajasawardhana (1451-1453)
  • Girishawardhana (1456-1466)
  • Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
  • Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478) Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 ) Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519). Pada masa ini Brawijaya mendapat serangan dari Raden Patah dan berakhirlah masa kekuasaan Raja-raja Hindu di Tanah Jawa. 
Pada masa ini syiar Islam sangat kuat. Sebagian rakyatnya ada langsung mengikuti ajarannya dan tidak sedikit yang menentang, bahkan menyingkir ke Tanah Bali, Lombok bagian barat dan menetap di pegunungan-pegunungan. Dalam kondisi sosial yang serba bimbang, terbitlah Serat Sabdopalon yang menggambarkan ponokawan Raja Brawijaya dalam penolakannya terhadap ajaran Islam.




Demak
  • Raden Patah (1478 - 1518)
  • Pati Unus (1518 - 1521)
  • Trenggana (1521 - 1546)
  • Sunan Prawoto (1546 – 1549)
Kerajaan Pajang
  • Jaka Tingkir, bergelar Hadiwijaya (1549 - 1582)
  • Arya Pangiri, bergelar Ngawantipuro (1583 - 1586)
  • Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijoyo (1586 – 1587)
Era Mataram Baru
Era Mataram Baru dimulai dari Ki Ageng Pemanahan Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
  • Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka.
  • Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)
  • Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
  • Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
  • Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 – 1677)
Kasunanan Kartasura


Kasunanan Kartasura  dikuasai oleh :
  1. Amangkurat II (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
  2. Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
  3. Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger. 
  4. Amangkurat IV (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta. 
  5. Pakubuwana II (1726 – 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu pemberontak; mendirikan Surakarta.

Wilayah Mataram (Kasunanan Surakarta,
Mangkunegaran, Kasultanan Yogyakarta
dan Pakualaman)

Berikutnya Kasunanan Surakarta dipegang oleh :
  1. Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
  2. Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.  
  3. Pakubuwana IV (1788 - 1820) 
  4. Pakubuwana V (1820 - 1823) 
  5. Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa. 
  6. Pakubuwana VII (1830 - 1858)  
  7. Pakubuwana VIII (1859 - 1861) 
  8. Pakubuwana IX (1861 - 1893) 
  9. Pakubuwana X (1893 - 1939) 
  10. Pakubuwana XI (1939 - 1944) 
  11. Pakubuwana XII (1944 - 2004) 
  12. Gelar Pakubuwana XIII (2004 - sekarang) diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.
Praja Mangkunegaran
Dalam kancah politik Jawa Istana Mangkunegaran dengan penguasanya Mangkunegara tampil dengan penguatan yang bersifat rasional. Dua penguasa Jawa lainnya di istana Surakarta dan Yogyakarta membangun kekuasaan untuk keagungan sebagai penguasa menempuh jalan penguatan simbolik simbolik sedangkan Mangkunegaran membangun kemegahan kekuasaan dengan jalan rasional dan aksi. Rasionalisasi kekuasaan ini tampak dalam masa pemerintahan Mangkunegara II yang melanjutkan pendahulunya Mangkunegara I. Sejak tahun 1757 berturut turut yang bertahta di Istana Mangkunegaran adalah:
  1. Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 - 1795)
  2. Mangkunagara II (1796 - 1835) 
  3. Mangkunagara III (1835 - 1853)
  4. Mangkunagara IV (1853 - 1881)
  5. Mangkunagara V (1881 - 1896)
  6. Mangkunagara VI (1896 - 1916)
  7. Mangkunagara VII (1916 -1944)
  8. Mangkunagara VIII (1944 - 1987)
  9. Mangkunagara IX (1987 - sekarang)
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
  1. Hamengkubuwana I (1755 - 1792)
  2. Hamengkubuwana II (1793 - 1828)
  3. Hamengkubuwana III (1810 - 1814)
  4. Hamengkubuwana IV (1814 - 1822)
  5. Hamengkubuwana V (1822 - 1855)
  6. Hamengkubuwana VI (1855 - 1877)
  7. Hamengkubuwana VII (1877 - 1921)
  8. Hamengkubuwana VIII (1921 - 1939)
  9. Hamengkubuwana IX (1939 - 1988)
  10. Hamengkubuwana X (1988 - sekarang)
Pakualaman
Kadipaten Paku Alaman adalah negara dependen yang berbentuk kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilaksanakan menurut perjanjian/kontrak politik yang dibuat oleh negara induk bersama-sama negara dependen. Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kadipaten Pakualaman (bersama-sama dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat) diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.


Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta dipegang oleh
  1. Paku Alam I (1813 - 1829)
  2. Paku Alam II (1829 - 1858)
  3. Paku Alam III (1858 - 1864)
  4. Paku Alam IV (1864 - 1878)
  5. Paku Alam V (1878 - 1900)
  6. Paku Alam VI (1901 - 1902)
  7. Paku Alam VII (1903 - 1938)
  8. Paku Alam VIII (1938 - 1998)
  9. Paku Alam IX (1998 – sekarang)
Sumber Pustaka :
  1. Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta:
  2. Narasi H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001.
  3. erajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Hayati dkk. 2000.
  4. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional 4. M.C. Ricklefs. 1991.
  5. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Lieberman,Victor B. Beyond binary histories: re-imagining Eurasia to c.1830, University of Michigan Press,USA, 1999.
  6. Ricklefs, MC. Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi
  7. Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  8. Anonim (2011) diambil dari www.babad bali.com, Babad Jawa Versi Mangkunegaran