Tampilkan postingan dengan label Tunggak Jarak Tunggak Jati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tunggak Jarak Tunggak Jati. Tampilkan semua postingan

12 Jun 2013

KEJAWEN - Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati

Ilustrasi Petruk Jadi Ratu, walaupun seorang
abdi Kerajaan toh dengan daya dan upayanya bisa
jadi Raja, walaupun tipu muslihatnya terbongkar
di belakang hari.
Peribahasa “Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati” adalah keturunan orang kecil bisa jadi orang besar, sedangkan keturunan orang besar justru tidak menjadi apa-apa. Hal ini wajar-wajar saja. Keturunan wong cilik kalau keras berupaya ya akan sukses. Peribahasa ini menyemangati wong cilik untuk maju dan memberi warning wong gedhe supaya tidak terlena.
  Secara harfiah, diartikan tunggak atau bonggol batang sisa pohon yang ditebang, bagi tanaman jarak karena tanaman pagar mudah tumbuh akan semakin merajalela hidupnya (mrajak) sedangkan tunggak jati jelas karena susah tumbuh akan tidak bertunas dan mati.   Dalam serat Warasewaya yang dirakit dengan tembang macapat Gambuh (M Ng Mangunwijaya 1916), sebagai berikut:

26. Ing jaman mengko kulup, nadyan pyayi lan darahing ratu, yen tan pinter utawa nora kasait, nora pati den paelu, arang sinaruwe ing wong.


Ini sudah terjadi sejak tahun 1990-an, atau 2 (dua) generasi setelah Indonesia Merdeka. Anak orang kaya dan terhormat sifatnya "ugungan" malas sekolah, malas bekerja dan terlalu tergantung orangtua, pada masa produktifnya cuman menjual asset warisan dan kasihan di hari tuanya, kalah sama anak kampung yang rajin belajar, rajin sekolah serta doa yang kuat, sehingga di hari tuanya menjadi orang besar disegani masyarakat banyak.


SUARA MERDEKA CYBERNEWS .:KEJAWEN - Tunggak Jarak Mrajak, Tunggak Jati Mati