- Siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang kita kenal sekarang, dan
- Siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran.
Contoh Kalender Jawa |
Daftar bulan Jawa Islam
Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sansekerta seperti Pasa, Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar).
- Ruwah (Arwah, Saban)
- Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan)
- Sela (Dulkangidah, Sela, Apit) *
- Besar (Dulkijah)
*)Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuna untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai Hapit Lemah. Sela berarti batu yang berhubungan dengan lemah yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.
Bulan Jawa Kalender Matahari
Pada tahun 1855 Masehi, karena penanggalan komariah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya yang disebut sebagai pranata mangsa, dikodifikasikan oleh Sri Paduka Mangkunegara IV atau penggunaannya ditetapkan secara resmi. Sebenarnya pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang asli Jawa dan sudah digunakan pada zaman pra-Islam. Lalu oleh beliau tanggalnya disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian yang juga merupakan kalender surya. Tetapi lama setiap mangsa berbeda-beda.
Pranata Mangsa (baca : panoto mongso) sbb :
- Karo - (3 Agustus-25 Agustus)
- Katiga (Katelu) - (26 Agustus-18 September)
- Kawolu - (4 Februari-1 Maret)
- Dalam bahasa Jawa Kuna mangsa kesebelas disebut hapit lemah sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai hapit kayu. Lalu nama dhesta diambil dari nama bulan ke-11 penanggalan Hindu dari bahasa Sansekerta jyes.t.ha dan nama sadha diambil dari kata âs.âd.ha yang merupakan bulan keduabelas.
Siklus Windu
Budaya Barat menggabung-gabungkan tahun-tahun kedalam kelompok 100 tahun (century, abad), dekade (10 tahun), maka kalender Jawa menggabungkan tahun-tahun menjadi semacam dekade yang terdiri dari delapan satuan lebih kecil dari abad atau dekade. Setiap satuan Jawa ini terdiri atas 8 tahun dan disebut Windu. Di bawah disajikan nama-nama windu:
Pembagian Pekan
Siklus Pekan hari dalam istilah umum adalah 7 hari. Pekan dalam bahasa Jawa adalah (peken : pasar), sehingga satu pekan adalah 5 hari pasaran.
Pada masa Pra-Islam, orang Jawa mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama :
Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.
Pekan dalam arti Pasar, terdiri atas lima hari ini terdiri dari hari-hari:
Penggabungan antara Siklus 5 hari pasaran dengan Siklus 7 hari kalender matahari yang berarti (5 x 7) = 35 hari, disebut Selapan , mis : Selasa Pon, Minggu Pahing, dls pasti akan ketemu setiap 35 hari kedepannya. Jika budaya barat merayakan hari lahir setiap tahun sekali, maka Masyarakat Jawa memperingati hari kelahiran setiap 35 hari sekali yang dirayakan dengan acara "bancakan" dengan membuat Jenang Merah Putih atau "Nasi Megono" mengundang teman-teman sebaya.
Kemudian istilah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu yang juga dikenal di budaya-budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan. Setiap pekan disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus baru lagi. Siklus ini yang secara total berjumlah 210 hari adalah semua kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6 dan 5 hari berpapasan.
Referensi
- Wikipedia, ensiklopedia bebas