Agus Prasodjo |
Ani Astuti & Damar |
Setelah hampir satu tahun terbitnya Merbabu NingraT's Blog dengan tulisan yang beraneka warna baik yang ditulis dari kekayaan buah pikiran dan wawasan sendiri, ramuan dari tulisan pihak lain maupun gabungan antara buah pikiran sendiri dengan referensi tulisan buah pikiran orang lain, maka baru terpikir untuk menerbitkan tentang apa yang ada pada diri saya sendiri berjudul "Keluargaku".
Saya dilahirkan 51 tahun yang lalu di lembah G. Merbabu Dsn. Margowangsan - Ds. Sawangan, Kab. Magelang - Jawa Tengah dari seorang Guru SD bernama Samidi Adisoemarto dan ibu dari Pegunungan Gunung Kuli di lereng G. Merbabu. Bapak saya adalah keturunan ke-3 dari kerabat Trah Posong (inconnu) yang bersaudara dengan Trah Gading. Sedangkan Ibu dari Trah Kopen - Desa Podosoko.
Adik kandung saya 3 (tiga) orang : 1. Arif Murdowo, SE; 2. Budi Pranoto, SPt dan 3. Harsanto Utomo, SM.Akt. No.1 dan 3 berkarya sebagai Wirausahawan dan tinggal di kampung, No.2 sebagai karyawan perusahaan perkayuan tinggal di Muara Tewe (Kalteng). Semua adik-adik saya sudah berumah tangga dan sudah hidup mapan, alhamdulillah.
Bpk. Samidi Adisoemarto |
Anak saya 2 (dua) orang bernama : 1. Nara Pandan (1997) dan 2. Damar A. Schwaner (2002). Semua anak saya menggunakan nama pohon karena saya bekerja di bidang kehutanan yang secara langsung berhubungan secara fisik dengan pohon, lokasi tempat tumbuh pohon ataupun yang terkait dengan nama lokasi tempat bekerja saya.
Pandan, adalah nama pohon berduri, sering digunakan sebagai tanaman pagar pembatas tegalan, daunnya digunakan untuk bahan baku pembuat tikar "kloso" oleh masyarakat. Pada tahun 1960-an, Ibu saya pun pernah membuat kloso untuk dijual ke Pasar Talun atau Muntilan.
Narapandan |
Damaralas Schwaner |
Damar, adalah pohon hutan yang struktur batangnya tinggi lurus, bisa mencapai diameter 200 Cm, daunnya kecil dan tebal, serat kayunya halus, getahnya untuk bahan bakar pelita (damar) bagi masyarakat hutan yang belum mengenal lampu minyak tanah, listrik atau digunakan di dangau-dangau tempat berteduh sementara petani berladang dan menyimpan hasil panennya. Getah damar bisa juga sebagai bahan pembuat vernish politur. Schwaner adalah nama peneliti berkebangsaan Jerman yang menemukan Pegunungan yang membatasi Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Di lokasi tersebut ditemukan barang tambang boxit, emas dan uranium. Disitulah saya bekerja pada saat anak saya lahir, persisnya saya sebagai Manajer Camp di suatu Perusahaan Perkayuan di Kab. Melawi - Kalbar.
Arif Murdowo, SE |
Budi Pranoto, SPt |
Istri Budi Pranoto, 2010 |
Harsanto Utomo, SMAk |
Saya bersama keluarga sekarang berdomisili di Tangerang mulai tahun 1995 hingga sekarang.
Dari tiga bersaudara, tahun 2011 sudah menjadi 14 jiwa, yaitu istri masing-masing (4 org) dan jumlah seluruh anak-anaknya 8 (delapan) orang.
Keluarga Bapak
Bapak saya Samidi adalah pensiunan Guru SD, pangkat terakhir III-C jabatan Kepala Sekolah Podosoko II, dilahirkan di Dsn. Margowangsan Ds/Kec. Sawangan, Magelang. Kakek saya mBah Walijo dari Dsn Gondangan, Mlati, Kab. Sleman yang migrasi ke Kec. Sawangan bersama mBah Urip (Margowangsan), Mbah Bas (Glagahombo, Mangunsari) dan Mbah Rantiyem (Karanganyar). Cerita kakek, keluarga kakek meninggalkan lahan ± 10 Ha (± 10.000 M2) di Dsn tsb yang membentang dari batas dusun sampai di jalan desa Denggung, dititipkan kepada familinya di Dsn. Gondangan sekarang tidak tahu rimbanya. Kakek dan keluarga tidak mau mengurusnya karena ternyata tanah ysng semula dititipkan sudah diakui sebagai pemilik sah dan sulit ditelusuri bukti-bukti hukumnya. Kakek hanya bilang : "anak cucuku akan mendapatkan ganti rejeki dari sawah yg tidak pernah gagal panen", maksudnya dimudahkan mendapatkan rizki dari non lahan.
Keluarga Nenek
Nenek saya Asih adalah keluarga dari 5 bersaudara yaitu Asih, (Margowangsan), Juweni (Tanjung/Lampung), Slamet Sahli (Mertoyudan), Udo Taruno/Amin (Bendan) dan Kimpul (Jakarta/Bendan).
Keluarga nenek berasal dari Mbah Buyut Kartowiryo (Margowangsan) dan Ngadinem (Trenten, Candimulyo).
Mbah Kartowiryo adalah 6 bersaudara meliputi : (1) Mbah Selar, Margowangsan (2) Mbah Darmin, Gondang Lor (3)mBah Sri, Talaman, (4) Mbah Kartowiryo, Margowangsan), (4) mBah Rus, Wonosobo, (6) Mbah Tambeng, Margowangsan).
Mbah Buyut Kartowiryo adalah anak dari Mbah Setro Saiman (Margowangsan) yang berasal dari 9 bersaudara Trah Posong yang merupakan anak pertama Laskar Mataram yang tercecer pasca Perjanjian Giyanti Tahun 1779 (periksa tulisan Posong Sagotrah 1, 2010).
Urut-urutan Generasi pertama Laskar (inconnu) adalah : (1) Setro Saiman, Margowangsan, (2) Joyo,Posong, (3) Kartorejo, Posong, (4) Kartoduryo, Butuh, (5) Rusmin, Popongan, (6) Pm, Mawungan, (7) Niti, Plalangan, (8) Pawiro, Gadingsari dan (9) Kartodimejo, Posong / ayah Mbah Karto Karsini Ngaglik Nduwur ibu dari Bpk. Suharto.
Keluarga Bapak
Bapak saya Samidi adalah pensiunan Guru SD, pangkat terakhir III-C jabatan Kepala Sekolah Podosoko II, dilahirkan di Dsn. Margowangsan Ds/Kec. Sawangan, Magelang. Kakek saya mBah Walijo dari Dsn Gondangan, Mlati, Kab. Sleman yang migrasi ke Kec. Sawangan bersama mBah Urip (Margowangsan), Mbah Bas (Glagahombo, Mangunsari) dan Mbah Rantiyem (Karanganyar). Cerita kakek, keluarga kakek meninggalkan lahan ± 10 Ha (± 10.000 M2) di Dsn tsb yang membentang dari batas dusun sampai di jalan desa Denggung, dititipkan kepada familinya di Dsn. Gondangan sekarang tidak tahu rimbanya. Kakek dan keluarga tidak mau mengurusnya karena ternyata tanah ysng semula dititipkan sudah diakui sebagai pemilik sah dan sulit ditelusuri bukti-bukti hukumnya. Kakek hanya bilang : "anak cucuku akan mendapatkan ganti rejeki dari sawah yg tidak pernah gagal panen", maksudnya dimudahkan mendapatkan rizki dari non lahan.
Keluarga Nenek
Nenek saya Asih adalah keluarga dari 5 bersaudara yaitu Asih, (Margowangsan), Juweni (Tanjung/Lampung), Slamet Sahli (Mertoyudan), Udo Taruno/Amin (Bendan) dan Kimpul (Jakarta/Bendan).
Keluarga nenek berasal dari Mbah Buyut Kartowiryo (Margowangsan) dan Ngadinem (Trenten, Candimulyo).
Mbah Kartowiryo adalah 6 bersaudara meliputi : (1) Mbah Selar, Margowangsan (2) Mbah Darmin, Gondang Lor (3)mBah Sri, Talaman, (4) Mbah Kartowiryo, Margowangsan), (4) mBah Rus, Wonosobo, (6) Mbah Tambeng, Margowangsan).
Mbah Buyut Kartowiryo adalah anak dari Mbah Setro Saiman (Margowangsan) yang berasal dari 9 bersaudara Trah Posong yang merupakan anak pertama Laskar Mataram yang tercecer pasca Perjanjian Giyanti Tahun 1779 (periksa tulisan Posong Sagotrah 1, 2010).
Urut-urutan Generasi pertama Laskar (inconnu) adalah : (1) Setro Saiman, Margowangsan, (2) Joyo,Posong, (3) Kartorejo, Posong, (4) Kartoduryo, Butuh, (5) Rusmin, Popongan, (6) Pm, Mawungan, (7) Niti, Plalangan, (8) Pawiro, Gadingsari dan (9) Kartodimejo, Posong / ayah Mbah Karto Karsini Ngaglik Nduwur ibu dari Bpk. Suharto.
Pagi Idulfitri, 2009 |
Cucu mbah Samidi, 2009 |
Keluraga Dowo & Anak istri aku
Lain Dulu Lain Sekarang
Dulu yang saya maksudkan adalah pada masa kecil saya hidup di pedesaan dengan segala tahun 1965 - 1975, lingkungan pedesaan belum tersentuh teknologi di segala bidang. Akses antar perkampungan masih jalan tanah. Jalan kaki dan sepeda onthel merupakan pemandangan umum masyarakat bergerak dari satu desa ke desa lainnya. Bilamana akan bepergian jauh harus berjalan kaki ke kota terdekat yaitu Blabak (6 Km) atau Muntilan (8 Km).
Pengolahan tanah pertanian masih manual. Masyarakat menggunakan "luku", "garu" untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami padi. Buruh tani pun menggunakan cangkul untuk mengolah tanah dan kegiatan pemeliharaan pasca tanam.
Kegotongroyongan masyarakat pedesaan masih sangat terasa pada saat warga desa memerlukan tenaga yang cukup besar dan dalam waktu sekejap yaitu saat "wur mbako" menanam tambakau pada awal musim kemarau dan membuat rumah khususnya pada saat menaikkan atap dan memasang dinding bambu.
Sekarang, mulai tahun 1975 hingga sekarang pembangunan pedesaan mulai merambah pedesaan mulai tahun 1976. Infrastruktur jalan jalur Blabak - Tlatar mulai dibangun pada tahun 1974 sehabis Pemilu-I tahun 1971.
Berlanjut...
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar