6 Jun 2011

"Wong Seneng Mangan" : Potensi Usaha Kuliner "Singkong = Telo Jenderal" dalam Aneka Cita Rasa

Singkong : Klepon, Lapis, Thiwul, Matasapi, Cethil
 Masyarakat di wilayah Kedu Utara dikenal orang sebagai masyarakat yang "suka makan" atau "seneng mangan". Bisa kita lihat di pasar-pasar tradisional di Kota-kota yang masuk dalam wilayah Kedu Utara seperti Muntilan, Magelang dan Temanggung, di sana berderet warung-warung makan yang berdampingan dengan "pangkalan"  penjualan hasil bumi yang sengaja dibuat untuk "loading dan un-loading" hasil bumi yang di-drop menggunakan angkutan pedesaan dari lokasi-lokasi penghasil di sekitar kota hingga lokasi pegunungan.

Wilayah Kec. Sawangan dengan kota terdekatnya Muntilan, adalah pusat kegiatan pertanian pegunungan dengan dominasi tanaman komoditas sayuran. Kalaupun ada hasil padi, hanya dihasilkan dari daerah yang agak rendah dan teraliri irigasi dari sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi. Di Kota Muntilan terdapat deretan pertokoan khusus penjual "saprodi" pertanian yang menyediakan berbagai jenis benih tanaman dengan merk terkenal. Dari toko-toko itulah produksi hasil bumi kwalitas prima dihasilkan. Kota Muntilan sebagai pemasok saprodi sekaligus menjadi kota transit perdagangan komoditas pertanian dengan kondisi "fresh from harvest".   


Gulai Kambing, Makanan favorit

Sudah jamak masyarakat dari luar  mengatakan bahwa masyarakat Kedu Utara tergolong suka makan, karena layaknya masyarakat tani produktif banyak mengeluarkan tenaga pada saat bekerja dan sekali waktu memanjakan badannya untuk mengkonsumsi makanan pasar yang relatif lebih enak. Namun, seenak-enaknya makan bagi masyarakat tani, bahan yang digunakan adalah hasil ternak dari hasil bumi di sekitarnya seperti Kambing, ayam, beras dengan sayur-mayur brokoli, kacang kapri, buncis, dll. Tidak heran jika  kaum pedagang "chinese" memanfaatkan emosional masyarakat yang notabene suka makan ini dengan menjajakan aneka makanan untuk diperdagangkan bahkan dikomersialkan menjadi "Pusat Jajanan Oleh-oleh" baik untuk konsumsi masyarakat sekitarnya maupun turis yang sedang berkunjung ke lokasi wisata di sekitarnya (Borobudur, Mendut, Ketep). Dengan meningkatnya arus lalulintas yang melintas di jalan Magelang - Muntilan, akhir-akhir ini berdiri warung-warung makan di sepanjang pinggir jalan antara kota Magelang - Muntilan tersebut yang menawarkan berbagai jenis makanan mulai dari "mangut", bebek goreng, sate kelinci, tongseng ayam, tengkleng, dll. Bagi kaum berduit tersedia juga rumah-rumah makan besar. 

Inilah sekilas indikasi masayrakat yang sukan makan (jajan). Tidak hanya kaum tani saja yang benar-benar mengkonsumsi makanan (jajan) untuk menopang tenaganya yang terkuras bekerja di sawah,  ternyata karyawan/karyawati kantoran pun juga suka makan (jajan). Coba anda perhatikan pada jam-jam sarapan pagi di sekitar Pasar Muntilan, "Soto Grombyang" dengan tarif relatif murah seharga Rp.6.000,-/mangkok selalu dipadati Karyawan yang akan pergi berangkat bekerja. Pada jam makan siang, sampai-sampai karyawan dari pusat pemerintahan kabupaten pun pada "nglurug" makan sampai Gunung Pring, Muntilan. Disana ada Tongseng Ayam yang selalu dipadati pengunjung.
Kalau malam hari lain lagi..., masayarakat lebih lekat dengan nuansa "bakmi jawa". Warung Makan "dadakan" di malam hari di sepanjang Jalan Talun mulai dari  Klenteng - Prapatan Sayangan saja dari 30 Warung Makan terdapat 10 unit yang jualan Bakmi/Bakso. Saya pernah menghitung, tahun 2009 di Kota Blabak dan Muntilan terdapat 135 Warung Bakmi yang selalu dipadati pengunjung khususnya pada sore dan malam hari. Kalau dihitung termasuk Warung Bakso jumlahnya 165 unit. Wah.. wah..wah, tidak salah julukan wong seneng mangan bagi masyarakat sekitar kita ini.
Sate kambing Gulon, digemari masyarakat

Berikut  jenis-jenis kuliner yang umum disukai masyarakat tani setempat, a.l : sate, gulai dan tongseng dengan citarasa khas .

Tongseng kambing Mirah, aduhai..




Kota Muntilan sebagai kota agraris menyimpan aneka kuliner hasil olahan dari bahan baku singkong atau istilah lokalnya "telo jenderal". Berikut beberapa contoh singkong yang direkayasa dalam aneka citarasa. maraknya aneka olahan ini terdukung oleh daerah penghasil singkong kwalitas prima, misalnya daerah "Lor Kali Mangu sampai di puncak Merbabu" adalah penghasil singkong nomor satu. Masyarakat mengenalnya sebagai "Telo Piji" yang "mempur" dan tahan terhadap busuk jamur yang berakibat singkong menjadi beracun.


Dibawah adalah sederet aneka kuliner yang berbahan baku dari singkong yang dihasilkan oleh masyarkat sekitar Kota Muntilan. 

Gethuk Lindri Kemul Serat Keju

Colenak, Singkong Kemul Gula-Kelapa 


Gethuk  Lindri terbuat dari singkong direbus, dihancurkan "dideplok" ditambahkan gula dan garam secukupnya dan dicetak dalam bentuk mie dan sebagai hiasan ditambahkan keju.
Colenak, adalah singkong direbus, dipanggang sebentar, sebagai kawan pendamping agar mempunyai citarasa makanan berat ditambahkan kelapa, sedikit gula merah.


Lapis Singkong, terbuat dari campuran tepung singkong plus beras biasa dicairkan, dicampur dengan santan dan gula secukupnya. Sebagaimana membuat kue lapis, cairan dituangkan secara berlapis-lapis dalam ketebalan yang cukup tebal tidak seperti kue lapis umunya, lapisan tipis-tipis.

Kue Lapis Singkong + Kelapa Parut
Nah, ini dia Pizza Singkong, mirip sekali dengan pizza dari terigu. Rasanya tidak kalah dengan citarasa pizza terigu. Bahan dari tepung singkong gaplek dicampur sedikit terigu, dst. 
Pizza Singkong, Lezaat
 Dadar Gulung Singkong, terbuat dari tepung singkong yang dicetak lembaran-lembaran pada cetakan dan ditambahkan kelapa + gula merah untuk pengisi.


Sentiling, terbuat dari tepung singkong ditambahkan pati kanji, dibuat bulatan-bulatan dan ditusuk ala sate.
Singkong, Dadar Gulung
 Sentiling dimasak dengan cara dikukus. Jika tidak ditusuk maka satu sama lainnya akan lengket jadi satu, dengan namanya tersendiri yaitu 'Cethil". 


Sentiling, Singkong + Tapioka 
 







Singkong Matasapi
Mata Sapi, terbuat dari singkong yang diparut dan dicetak ditambahkan pisang untuk pengisi dan disajikan bersama dengan kelapa parut dicampur gula pasir. 
Rodoroyal atau Gelanggem, adalah tape yang yang dihancurkan dibentuk ala cake, dan digoreng.


Rondoroyal atau Gelanggem, Tape Goreng
Klepon Singkong dan Punuk Bladu adalah serupa. Bedanya klepon dominasi bahan lebih banyak beras ketan dibandingkan bahan  singkong, sedangkan Punuk Bladu murni dari singkong. Isinya sama yaitu gula merah dan selalu disajikan bersama kelapa parut. 

  
Klepon Singkong + Beras Ketan

 Thiwul, Gathot, Gethuk parut  (3G) adalah trilogi yang selalu menjadi satu tempat dalam penyajiannya. bahan Thiwul dan Gathot terbuat dari gaplek sedangkan gethuk parut, memang singkong diparut dikukus dicampur gula merah.

Punuk Bladu, Onde-onde + Kelapa Parut
Kluwo, adalah singkong rebus yang disajikan bersama dengan cairan gula merah (juroh). Untuk menambah aroma ditambahkan pandan wangi.
Gethuk Trio, nama aslinya adalah "Gethuk Gendro", yang diberi pewarna alami dari gula merah untuk menambah warna merah atau daun suji untuk pewarna hijau, dan merah jambu tetap dg pewarna makanan. "Kerbau punya susu, Sapi punya nama". Asli pembuat gethuk dari pedesaan, walaupun ada satu, dua, pembuat gethuk yang memang tinggal di kota Magelang, namun sebagian besar produsen gethuk adalah masyarakat pedesaan. Kota Magelang sebagai distributor untuk sampai kepada konsumen, maka nama Gethuk Trio menjadi trade-mark Kota Magelang. Tak apa, toh masih satu kabupaten.  

Kluwo, Singkong rebus + Juroh + Santan 


Gethuk Trio (3 warna)


Kroket Singkong, Combro
Kroket, nama asli daerahnya adalah "kemplang", hanya bentuknya yang lebih artistik, sehingga yang dikenal adalah kroket. Di daerah Jawa Barat, kroket singkong diisi oncom makanya disebut "com-ro" artinya Oncom di Jero.

Gatot, Gethuk, Tiwul + Kelapa & Gula Merah
 Masih banyak lagi jenis makanan dari singkong yang belum tertulis disini, a.l Lemet, Slondhokan, Pothil, Gethuk Goreng, tape, singkong keju, bolu singkong, dll. 

Selain makanan dari singkong, masih banyak produksi kue-kue basah hasil olahan masyarakat sekitar Sawangan dan Muntilan yang dipasok ke Magelang dan Semarang. Mau tahu buktinya, coba anda sekali waktu jalan-jalan di sekitar Pasar Muntilan pada pagi dini hari, sekitar jam 03.30 wib s/d 05.00 wib. Para produsen kue-kue basah pada membawa berbagai jenis dan aneka citarasa kue yang akan dipasok ke Kota Magelang (jarak 16 Km) dan Semarang (jarak 50 Km). 

Produk kuliner khas selain makanan dari singkong dan tongseng Gulon pun cukup banyak yang sudah "kondang kaloka" dan menjadi jujugan bagi pecintanya seperti halnya : Kupat Tahu Blabak, Mangut Bathikan, Gudheg Koplak, Tape Ketan Jumoyo, Es Murni Magelang, dls.

Di jalur wisata jalan Blabak - Ketep pun ada Warung Makan Bu Kanthi yang sudah terkenal dengan masakan Opor Ayam. Ada juga Warung Murah Ayam Goreng "Dowo Mandiri". Di warung ini cukup dengan uang Rp.5.000,- sudah bisa makan ayam goreng berikut nasinya. Faktanya, pola emosional masyarakat dalam hal per-makan-an cukup menjanjikan untuk mendulang pendapatan atau "earn".   

Kondang kawentarnya julukan "wong seneng mangan" bagi masayarakat Kota Magelang dan sekitarnya ini tidak berarti berlaku bagi "setiap orang" khususnya bagi mereka yang "priyayi bin pelit" dan yang mengidap "diabetes" pastilah mereka mengkonsumsi makanan (nasi) sangat terbatas.
Hal ini jangan dipandang sebagai sesuatu yang negatif, tetapi hendaknya justru dijadikan inspirasi bagi anda sebagai potensi dan peluang pasar dalam rangka meningkatkan pendapatan anda melalui idea-idea kreatif dalam usaha kuliner.  


Sumber Ilustrasi Foto :
1. Anonim (2011), http:anekakuliner.com
2. Anonim (2011), Makanan Asli Gunung Kidul

2 komentar:

bepe mengatakan...

Panganan dari 'telo' atau ketela ini memang mengundang selera & bahannya mudah didapat. Bisa diolah menjadi berbagai macam jenis penganan lagi.. Mantap utk menu pagi menemani 'nyruput' kopi atau teh hangat.. Kalo di sini yg banyak orang jual jenis dadar gulung..

agusprasodjo.blogspot.com mengatakan...

Semakin jeli kita pelajari peluang usaha di sekitar kita, semakin banyak kita dapatkan potensi untuk dijadikan duit. Yg penting telaten, wani adus kringet, nggetih saupamane. Jangan tergiur hal-hal yg spontan "instan" lgs dapat duit. Cuman, cah-cah enom di kpg kita tuh lebih suka jadi penonton ketimbang jadi pemain/pelaku usaha.. ya.. .!!