17 Jun 2011

Obat Batuk dari Bumbu Dapur

Jeruk Nipis Mengandung Eriocitrocide
Setiap orang yang terserang batuk pada umumnya langsung mencari obat batuk di Apotek atau pergi ke Dokter.  Bisa dipastikan obat yang kita dapatkan adalah obat kimiawi, walaupun bahan dasarnya adalah herbal tetapi bahan pengawetnya tetap menggunakan bahan kimia. Kalau masih pada tahap awal atau gejala, kita bisa melakukan pengobatan sendiri dengan bahan-bahan yang sering dijumpai di dapur.

Batuk bisa disebabkan oleh berbagai sebab seperti infeksi saluran napas, influenza, alergi, asma, tersedak atau karena menghirup asap rokok.

"Hampir setiap orang pernah terserang batuk, karena batuk sebenarnya adalah refleks fisiologis tubuh untuk mengeluarkan benda-benda asing dari tenggorokan. Oleh karena itu, tidak semua batuk harus disembuhkan, karena itu refleks," (Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, Apt, 2011) sebagai Wakil Ketua Pusat Studi Obat Bahan Alam Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia dalam acara Media Workshop 'Inovasi Teknologi Ekstraksi Bahan Alami Menghasilkan Obat Batuk Herbal yang Efektif' di Kembang Goela Resto, Plaza Sentral, Jakarta, Kamis (16/6/2011).

Prof Sumali juga mengatakan bahwa batuk bukanlah suatu
penyakit melainkan hanya gejala. Beberapa jenis obat batuk yang biasa digunakan antara lain adalah
  • Antitusif (pereda batuk)
  • Anti alergi (antihistamin)
  • Decongestan (pengencer dahak)
  • Antibiotik
  • Analgesik
  • Anti radang
  • Menghindari rokok dan asap rokok
  • Menghindari alergen (debu dan asap rokok)

"Tapi sebenarnya di rumah kita sendiri banyak obat herbal yang digunakan sebagai obat batuk, biasanya banyak di dapur," lanjut Prof Sumali yang juga merupakan Guru Besar di Fakultas Farmasi FMIPA UI.

Berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan, Prof Sumali memberikan beberapa contoh herbal yang bisa digunakan sebagai obat batuk, yaitu:
Rimpang Jahe
  
  1. Rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan jahe merah (Z. officinale var. rubra)"Jahe berkhasiat sebagai karminativa (menghilangkan kembung, antiinflamasi, analgesik (nyeri karena batuk), antipiretik (penurun panas). Jahe berkhasiat sebagai obat batuk karena komponen minyak atsiri yang mengandung terpenoid zingiberol, gingerol dan shogaol. Caranya direbus atau diseduh dengan air panas kemudian diminum," jelas Prof Sumali.
  2. Rimpang Kencur
  3. Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)"Kalau saya kencur dicuci, dikupas kemudian dikunyah, itu sudah bisa jadi obat batuk," jelas Prof Sumali.
    Menurut Prof Sumali, kencur berkhasiat sebagai antiinflamasi dan mengendalikan rasa sakit, antihipertensi, obat influenza. Herbal ini berkhasiat karena 2,4-3,9 % minyak atsiri yang mengandung 25-30 % etilsinamat dan metil-p-metoksi-sinamat, asam trans-sinamat.
  4. Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)"Jeruk nipis bisa digunakan untuk obat influenza, perut mules, mual, batuk. Jeruk nipis mengandung komponen kimia yaitu minyak atsiri 7% yang mengandung terpena, terpenoid hesperidin tangeritin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide.
  5. Ekstrak dan minyak biji pala (Myristica fragrans Houtt)"Biji pala mengandung komponen kimia miristisin, asam miristat, safrol dan eugenol. Khasiatnya sebagai sedativa (penenang), makanya orang yang biasanya makan makanan yang mengandung biji pala jadi ngantuk," lanjut Prof Sumali.
  6. Buah Pala
    Daun Mint atau minyak permen (Mentha piperita L)"Daun minta punya khasiat sebagai stimulansia (merangsang nafsu makan), karminativa (melegakan pencernaan), antispasmodik (meredakan ketegangan otot saluran pernapasan dan pencernaan), antiemetik (anti muntah).
    Komponen utama minyak permen adalah mentol 50-60%, 40-45% adalah mentol bebas, lainnya dalam bentuk ester.
  7. Akar manis atau Liquorice atau Licorice (Glycyrrhiza glabra L.)"Akar manis sudah diketahui memiliki spektrum khasiat farmakologi yang luas sejak 2100 SM. Liquorice banyak digunakan dalam formula obat batuk sebagai ekspektoransia dan demulcent (mucoprotective), antiinflamasi," jelas Prof Sumali.
    Akar Manis


    Komponen kimia yang terkandung didalamnya adalah Glycyrrhizin, garam kalium dan kalsium asam glisirisinat. Flavonoid liquiritin, isoliquertin, liquiritigenin, isoliquiritigenin, ramnoliquiritin.
  8. Thymi Herba
    Thymi Herba (Thymus vulgaris dan T. zygis)Khasiatnya sebagai antiseptik, antitusiv, spasmolitik dan ekspektoransia. Dengan komponen kimia mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,2% dengan kadar fenol tidak kurang dari 0,5% dihitung sebagai timol.




Selamat mencoba, semoga lekas sembuh batuk anda.


Referensi dan Ilustrasi Foto :
  1. Merry Wahyuningsih - detikHealth, Edisi Mei 2011,Jakarta
  2. Anonim, 2011, Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.


15 Jun 2011

Cicak dalam Kepercayaan Hindu dan Islam

Cicak Rumah

Cicak atau Cecak adalah binatang melata yang suka merayap di dinding atau pohon. Dilihat dari Ilmu Bahasa atau etimologi, kata cicak berasal dari suara yang ditimbulkan "cak..cak..cak". Pembentukan kata demikian disebut Onomatope (dari Bahasa Yunani ονοματοποιία) adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata Yunani όνομα (onoma = nama) dan ποιέω (poieō, = "saya buat" atau "saya lakukan") sehingga artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mecakup antara lain suara hewan, suara-suara lain, tetapi juga suara-suara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa "ha...ha...ha"

Beberapa contoh onomatope:
  • nama hewan : kata tokek (berasal dari suara tok.. kek,.. tok.. kek)
  • suara hewan : kata menggonggong (berasal dari suara gong..gong), mendesis, mengeong dsb.
  • suara peristiwa : kata tercebur (berasal dari suara "byur...") 
  • Suara manusia: kata tertawa (berasal dari wa..wa .. wa.. atau ha-ha-ha)
  • dls.
Morfologi cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.

Jenis-jenis Cicak
Cicak ada banyak di lingkungan rumah kita ada sekitar tiga jenis (spesies) yang sering ditemui, yakni :
  • Cecak tembok (Latin Cosymbotus platyurus), yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan sela-sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di belakang kaki.
  • Cecak kayu (Hemidactylus frenatus), yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap. Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh makanan.
  • Cecak gula (Gehyra mutilata), bertubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita.


 Perkecualian


Cicak Terbang (Klarap)

Cecak terbang (Draco spp.) sebetulnya bukan 'cecak' (suku Gekkonidae) melainkan termasuk suku kadal agamid (Agamidae), yaitu sejenis  bunglon.

 

Makanan dan habitat

Cecak biasa memakan serangga terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap plavon  rumah. Habitat di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh dan lembab.

 

Cecak dalam Kepercayaan Umat Hindu dan Muslim

Menurut masayrakat Hindu Bali, cecak adalah pengejawantah atau manifestasi dari Dewi Saraswati, yaitu dewi yang melindungi bahasa lisan (bicara) dan tulisan. Oleh karenanya, sering kita lihat gambar cicak pada lukisan atau ukiran ornamen bangunan rumah atau pura. 

Menurut (sebagian) masyarakat  Muslim, mereka berpandangan bahwa cecak-cecak harus diberantas. Konon pada waktu Nabi Muhammad SAW dikejar oleh kaum musyrikin Arab, beliau bersembunyi di Gua Hira'. Pada saat kaum musrikin tiba di mulut gua, ada cecak bersuara "cak..cak.. cak.." seakan-akan memberitahu si pemburu bahwa ada Nabi bersembunyi di dalam gua. Ada yang berpendapat cicak tsb adalah penjelmaan dari Syetan yang tidak suka kepada Nabi Muhammad. Oleh karenanya cicak "syetan" tersebut harus diberantas.
Alangkah tidak adilnya, pandangan tersebut yang terlalu bombastis dan terlalu digeneralisasi, bahwa semua cicak di dunia berikut anak keturunannya harus dihukum fisik atau dibinasakan.

Dalam kepercayaan Jawa pada umumnya yang kemungkinan merupakan warisan para leluhur, binatang cicak masih dianggap sebagai simbul "malapetaka". Manakala seseorang kejatuhan cicak, mereka menganggap orang yang bersangkutan akan tertimpa bencana. Untuk menghindari bencana yang akan menimpa dirinya, maka dia harus menebusnya dengan berdiam diri di rumah dan berpuasa memohon ampun agar bencana tidak jadi dijatuhkan kepada dirinya.
Secara logika, ada benarnya jika seseorang yang berdiam diri di rumah tentunya akan meminimalisasi terjadinya sesuatu seperti tabrakan di jalan, dls.  
Faktanya, binatang tsb banyak membantu manusia dengan memakan nyamuk-nyamuk yang kebetulan hinggap di dinding dan atap plavon serta tidak membahayakan bagi kehidupan manusia.

Keistimewaan

Jika cecak merasa dirinya terancam akan dimangsa, cecak akan memutuskan ekornya. Dengan memutuskan ekornya, hewan pemangsa jika menerkam hanya akan mendapatkan ekornya dan pemangsa tersebut akan merasa takut, sehingga dia akan kabur meloloskan diri dari terkaman pemangsanya.

Sumber Referensi dan Ilustrasi Foto :
  1. Anonim, 2008,  http://id.wikipedia.org/wiki/Cecak , Cecak, Wikipedia ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
  2. Bing, 2011, Gambar Cicak, http : // gambar.mitrasites.com/cicak.html

10 Jun 2011

Kawruh Kejawen "Malem 1 Suro"


Kanjeng Kyai Slamet, Dalam sebuah Prosesi Kirab 1 Suro, 2000 
 Sura utawa jroning kalèndher Hijriah disebut Muharam kuwi sasi pisanan ing Kalèndher Jawa. Tumraping wong Jawa, sasi iki dianggep wigati banget amarga dadi sasi kang pisanan. Ing sasi Sura iki sawetara masarakat Jawa isih mèngeti kanthi manembah marang Gusti kang Akarya Jagad. Utamané ing dina wiwitan yaiku Siji Sura, sawetara masarakat ana kang ngayahi panyucèn dhiri kanthi adus ing kali, sendhang, segara, utawa ing ngomah lan sawengi muput ora turu. Déné kelompok masarakat liyané ana kang nanggap lan nonton wayang kulit lan ana uga kang ziarah menyang panggonan suci lan nglakoni tapabrata utawa mèdhitasi. Tanggal siji Sura uga wektu kang becik kanggo ngresiki pusaka, kaya keris, tumbak lsp. Ing kapercayan Jawa isih akèh kang percaya ora gelem nganakaké pahargyan wigati kayadéné mantu (palakrama) ing sasi Sura.

Ing kuta Ngayogyakarto Hadiningrat, ana salah sawijining prosesi saperlu mengeti malem 1 Suro sarana adus 7 Kali yaiku : (1) Kali Opak di Prambanan, (2) Kali  Wareng ing Kalasan, (3) Kali Kalikuning di Sleman (4) Tambak Bayan (5) Kali Gajah Wong, (6) Kali Code, lan (7) Kali Winongo,".

Pangejawantah Malem 1 Suro Kanggone Masyarakat Margowangsan lan Sakiwo-tengene.
Duk naliko semana, Mbah-mbah buyut para leluhur ing Desa Margowangsan - Sawangan - Magelang kang pada ngugemi ngelmu kejawen lan pada winasis ing babagan kawaskithan ngelmu kanuragan ing antarane tahun 1970 lan sakdurunge, kaya ta Mbah Iyah, Mbah Supo Taruno, Mbah Bugel,  Mbah Bagong, lsp isih pada sugeng, penjenengane pada nyengkuyung anane malem 1 Suro sarana adus ing wayah bengi ana ing "Pancuran 7". Pancuran-pancuran mau dumunung ana ing bantaran Kali Krasak. Adus banyu 7 (pitung) Pancuran diayahi saka pancuran ing sisih Kulon, yaiku :
(1) Pacuran Kendal, sangisoring wit Klapa Gading, terus tindak nyusuri kali mangetan;
(2) Pancuran Druju, ing sisih lor Kali
(3) Pancuran Belik, ing sangisoring tanggul Irigasi Tri Dono Tirto;
(4) Pancuran Talang, sangiroing Kreteg sesek;
(5) Pancuran Guwo, sisih wetan Grujugan Irigasi;
(6) Pancuran Jambe, sangisoring Kuburan lan
(7) Pancuran Lanang utawa Kali Lanang, sisih kulon Kreteg Gede.

Ananging saka umbyaking jaman, prosesi adus pitung Pancuran mau kentir muspra dening kemajuan teknologi. Bocah-bocah nom-noman wis pada ora mangerteni maneh apa karepe ritual prosesi adus wayah bengi kang ora ketemu ing nalar. Pancuran wis ora ana piguna maneh, kepara pancuran ana sing wis ora bisa dienggo, kaya ta Pancuran Kendal, Pancuran Belik lan Pancuran Talang wis mati pet ora ana sing pada adus lan pancuran sing digawe saka bambu pada gapuk, ora ana maneh sing ndandani. Kajaba saka iku, saben omah wis pada nduweni kamar mandi dewe-dewe menganggo banyu kang diilekake nganggo pipa PVC saka Sendang Mudal tumuju ing saben omah. Jaman saiki adus mung kari gebyar-gebyur ana ing kamar mandine dhewe-dhewe ora susah mligi nglurug menyang Pancuran ing bantaran Kali Krasak sing dununge ing sisih lor Desa udakara 600 M saka omah. 

Ana maneh kisah kang gegayutan karo prosesi ritual malem 1 Sura kang dingendikaake turun-temurun tumrap tedak turune "Posong Sagotrah". Saka sedulur 3 ing antarane yaiku salah sawijining piyantun sing dedalem ing Dusun Gadingsari. Yen asmane, kok ora pati pada pirsa, pokoke sedulur telu iku (1) Mbah Posong, kang nurunake sedulur Margowangsan, Wonolobo, Gondang, Kebokuning, Butuh, Ngaglik, Mawungan (2) Mbah Gadingsari kang nurunake sedulur Gadingsari, Bengan lan (3) Mbah Kuncen kang nurunake sedulur Kuncen lan Margowangsan.

Cinarita,  Mbah Gadingsari iku kagungan sawung jago sekti. Sawung jago mau suarane yen nglokor kaya suara "ula sawa" unine.. koog..koog..kog, mangkono ngendikane. Sawung mau sering diadu geden menyang kutha lan mesti menang. Kaya crita Cindelaras, saben-saben diadu menyang ngendi papan mesti menang lan gawe kalok kawentar sing kagungan sawung. Ing kasunyatan kawigaten mau, ana laku-lampah kang katindakake dening Mbah Gadingsari yaiku "Kirab". Anggone kirab ora mlipir dalan ananging nyusuri Kali Mangu. Cekak aos carita, ing saben malem 1 Suro apadene saben malem Jumuah Kliwon sawung mesti dikirab saka Dusun Gadingsari mudun Kali Mangu, nyusuri bantaran Kali Mangu mlampah nungsung liwat satengahe kali arah mangetan teka ing Dusun Keron kang adohe udakara 3 Km. Mentas saka Kali Mangu wis wayahe jago kluruk terus kondur menyang Gadingsari, ngliwati dalan biasa saka Dusun Keron - Semaren - Mudal - Kebokuning - Gadingsari.  Kaya mengkono iku katindakake saben-saben wayah bengi malem Jum'at Kliwon apa dene tanggal 1 Suro, nganti sawung tuwa, wus titi-wanci ora kaconggah diadu maneh.
Pagelaran Wayang Kulit

 
Masyarakat Jawa wa bil khusus Jowo Tengah lan sadhengah panggonan ing njaban Pulau Jawa kang kepanggonan keturunane Wong Jowo, wis jamak lumrah ing saben malem siji Suro pada saperlu mengeti Tanggap Warso Enggal dino kapisan Sasi Suro kang dianggep wigati utowo sakral.

Kabeh pada kepingin “Ngalap Berkah” ing dino kapisan tanggap warso enggal malem siji Suro. Maksude, kabeh pada ndedonga marang Gusti Kang Akaryo Jagad lan sakisine supaya sanak kadang sedulur kabeh pada diparingi ayem tentrem ora ana rubeda lir ing sambekal sarono laku lampah tirakat madhep sariro ngeningake cipto utowo pasa. Kepara saperang sedulur ana sing pasa ngebleng 24 jam yaiku saka jam 06.00 dino iku teka jam 06.00 ing dino candake. Ing sajeroning madhep sasiro ora kudu melek, ora pareng sare mbok iya mung sakdheping netra.

Apa ta karepe padha madhep sariro kaya mangkono kasebut ing nduwur?
Pengalaman aku nderek pitedahe Bopo Guruku ing babagan kejawen (Mbah Parto Dikromo = Mbah Iyah) kang tak tindakake rikala semana, sajroning madhep sariro 24 jam iku, filosofine yaiku nyenyuwun pitedah marang Gusti Allah supaya bisa nyingkirake sesukering bathin, lan nyedaki bebener. Wis jamak lumrahe wong urip, akeh godha rencana kang gegayutan karo kahanan bathinku kang kebak ing panggayuh kadonyan. Rikala semana, aku isih nom-noman udakara umur 21 tahun, penggayuhku kang maneka warna ya sing trapsila apa maneh sing ala, dadi kawiyak jembar anggonku nglakoni barang bebener. Amargo saka iku kaya-kaya Gusti Kang Murbo ing Dumadi maringi margi lampah gancar anngonku ngayahi sinau (kuliah) ing pasinaon duwur ing Ngayogjakarto. Duk ing uni, udakara 4 tahun luwih sithik anggon aku sinau bisa rampung.

Ana ing malem siji Suro iku masyarakat Jawa padha marak tirakat ing sadhengah panggonan kang wigati, tuladha :
  1. Pucuk G. Lawu ing sisih wetan Kutha Solo, maewu-ewu wargo padha marak ing pucuk G. Lawu tirakat sawengi mbetetet tanpa sare.
  2. Kisik ing Samodra Kidul yaiku Parang Tritis lan Parang Kusumo, sisih kidul Nagyogjakarto
  3. Pegunungan Dieng, udakara 100 Km sisih kulon lor Kutho Semarang, akeh wargo padha tirakat ing sakiwo tengene kawah.
  4. Pirang-pirang panggonan tempuk ing Kali utawa tempuran, tuladha Tempuran K. Opak/K. Oya sacedak ing Imogiri. Ing panggonan iki wargo padha tirakat kungkum ingsajroning kali kanthi nyisaake sagulu munggah kang ora kaclap ing toya. Sawise padha padusan, tirakat diterusake melek nagti wayah sore wanci angslupe surya.
  5. Pasareane Para Ratu utawa Para Winasis kang wigati, tuladha pasarean Imogiri ing Ngayogjakarto, pasarean Mbayat ing Klaten, lsp.
  6. Ing sadhengah panggonan saindenging Nuswantoro, akeh wargo padha nonton pagelaran wayang kulit utawa wayangan. Pagelaran wayang kulit dipercaya dening sadengah masyarakat yen mangayu bagyo tanggap warso enggal malem siji Suro kanthi cara iku kalebu cara paling prayoga amarga bisa antuk pitutur kawaskithan saka Ki Dhalang.
  7. Ing Desa Pantaran kisiking G. Merbabu sisih wetan, adohe saka Bayolali 16 Km arah mengalor. Ana ing panggonan kono ana salah sawijining Sumber utawa Tuk kang banyune adem njejet kaya es yen wayah bengi amargo saka duwuring panggonan. Ewodene, masyarakat sakiwo-tengene padha gilig mengeti malem siji Suro kanthi adus ing kali sangisoring sumber mau, kungkum sajroning banyu kali nganti 1 jam suwene. Sawise mentas kungkum banjur padha tirakat madhep sariro ngeningake cipto nganti wayah esuk. Desa Pantaran yaiku penggonan dunung daleme Pertapa Pengging. Ing crita legenda Desa Pantaran, panggonan iku uga dipercaya masyarakat kagem semedi nom-nomane Jaka Tingkir sadurunge madeg Raja Pajang kang jejuluk Sultan Hadiwijaya.
  8. Gunung Merapi, wargo Desa Selo kang dununge ing kisik sisih lor G. Merapi mengeti tanggap warso enggal malem 1 Suro kanthi kirab dhedhaharan sedhekah bumi lan mendhem sirah kebo ana ing pusuking gunung kang kasebut Pasar Bubrah.
  9. Gunung Merbabu, wargo sisih lor Gunung Merbabu mengeti tanggap warso enggal malem siji Suro kanthi tirakatan ana ing Kawah Mati, yaiku sawijining kawah G. Merbabu kang wis ora aktif maneh.
  10. G. Sumbing lan G. Sindhoro, ing sacedhake Kutho Temanggung lan Wonosobo kurang luwih 80 Km sisih lor Ngayogjokarto, anggone padha mengeti malem siji Suro wargo ing kono padha nungsung munggah pucuking gunung kang dhuwure udakara 3.000 M sadhuwuring segara, saperlu “ngalap berkah” kanthi tirakat melek nganti jumedhuling surya. Ing pucuking gunung ana 2 pundhen awujud pasarene Kyai Berkat lan Kyai Jugil Awar-awar. Sing sapa kaprigelane golek panguripan ana ing babagan dol-tinuku anggone ngalap berkah ana ing pasareane Kyai Berkat. Ngendikane wargo ing kono, Kyai Jugil Awar-awar iku salah sawijining Maling Julig kang mertobat sadurunge dumugining seda.
  11. Desa Guyangan, Kec. Nogotirto, Sleman Ngayogjokarto. Ing kono ana sawijining sumur kang diripto dining Demang Cokrodikromo nalika tahun 1877. Saben malem tanggal 1 Suro, banyu sumur dianggo padusan lan diunjuk kang dipercaya masyarakat bisa kanggo tamba lelara lan nyingkirake godha rencana.
  12. Keraton Ngayogjakarto Hadiningrat, akeh wargo padha gumregah mengeti tanggap warso enggal malem siji Suro kanthi laku lampah tapa bisu ngubengi beteng keraton. Maewu-ewu manungsa padha nyengkuyung kirab mau, ya ana kang nglakoni tapa bisu, ya ana kang amung nonton.
  13. Keraton Surokarto, kirab pengetan ing malem siji Suro diadhani wiwit tabuh 19.00 wektu Indonesia sisih kulon. Kirab ing kene ditindakake karo-karone saka Keraton Mangkunegaran lan Keraton Kasunanan sarono arak-arakan pusaka kang dikawal dening Punggawa Keraton. Para sutresno kirab mlaku ndlamak ora ngagem telompah ngubengi saknjaban Keraton kang diwiwiti saka Alun-alu Lor, ngliwati Gladhak, menggok mangiwa arah Pasar Kliwon, pojok kidul Gadhing, Nonongan mbalik menyang Keraton maneh. Barang-barang pusaka kang uga di-kirab yaiku : Kanjeng Kyai Tambur, Kanjeng Kyai Poh Jenggi, Kanjeng Kyai Togog, Kanjeng Kyai Baladewa lan kanjeng Kyai Korowelang. Pusaka telu-telune yaiku : Kanjeng Kyai Togog, kanjeng Kyai Baladewa lan Kanjeng Kyai Korowelang dijupuk lan disimpen maneh ana ing Desa Ngloroh, Kab. Wonogiri. Ingkang antuk kawigaten agung ananning kirab yaiku yen kang dadi Cucuk Lampah kirab yaiku sawenehing sato kewan “kebo bule” kan kinaran Kanjeng Kyai Slamet.
    Drajad pakurmatan Kanjeng Kyai ora mung mligi diparingake marang manungsa, ananging uga marang barang pusaka kalebu Kanjeng Kyai Slamet kang dianggep pusaka Keraton amargo deweke nduweni sawenehing kaekten bisa mangerteni kapan njujug Keraton saperlu melu kirab lan nglambrang ilang sawise kirab.
    Kanjeng Kyai Slamet lan sak keturunane :
  • Kanjeng Kyai Baru
  • Kebo Kyai Kanjeng Mas
  • Kanjeng Kyai Slamet
  • Kanjeng Kyai Brekat
  • Kanjeng Kyai Batok
  • Kanjeng Kyai Kertaraharja
  • Kanjeng Kyai Jompong.
Gugon tuhon, yen ing sasi Sura ana salah sawijining dina Selasa Kliwon, diyakini yen iku dina paling keramat sajroning tahun kasebut. Ana ing malem Selasa Kliwon mau akeh kang padha laku tirakat ana ing panggonan wingit. Yen sajroning sasi Suro ora tinemu dino Selasa Kliwon, laku tirakat dilakoni ing malem Jumuah Legi.

Dirangkum dening : Agus Prasodjo, 
Jakarta, Juni 2011
Referensi tulisan lan Ilustrasi Foto :
  1. Catatan Pengalaman Pribadi masa Kecil
  2. Anonim, 2000, Wikipedia Ensiklopedia Bebas "Suro"
  3.  Suryo S. Negoro, 2000. 



6 Jun 2011

"Wong Seneng Mangan" : Potensi Usaha Kuliner "Singkong = Telo Jenderal" dalam Aneka Cita Rasa

Singkong : Klepon, Lapis, Thiwul, Matasapi, Cethil
 Masyarakat di wilayah Kedu Utara dikenal orang sebagai masyarakat yang "suka makan" atau "seneng mangan". Bisa kita lihat di pasar-pasar tradisional di Kota-kota yang masuk dalam wilayah Kedu Utara seperti Muntilan, Magelang dan Temanggung, di sana berderet warung-warung makan yang berdampingan dengan "pangkalan"  penjualan hasil bumi yang sengaja dibuat untuk "loading dan un-loading" hasil bumi yang di-drop menggunakan angkutan pedesaan dari lokasi-lokasi penghasil di sekitar kota hingga lokasi pegunungan.

Wilayah Kec. Sawangan dengan kota terdekatnya Muntilan, adalah pusat kegiatan pertanian pegunungan dengan dominasi tanaman komoditas sayuran. Kalaupun ada hasil padi, hanya dihasilkan dari daerah yang agak rendah dan teraliri irigasi dari sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi. Di Kota Muntilan terdapat deretan pertokoan khusus penjual "saprodi" pertanian yang menyediakan berbagai jenis benih tanaman dengan merk terkenal. Dari toko-toko itulah produksi hasil bumi kwalitas prima dihasilkan. Kota Muntilan sebagai pemasok saprodi sekaligus menjadi kota transit perdagangan komoditas pertanian dengan kondisi "fresh from harvest".   


Gulai Kambing, Makanan favorit

Sudah jamak masyarakat dari luar  mengatakan bahwa masyarakat Kedu Utara tergolong suka makan, karena layaknya masyarakat tani produktif banyak mengeluarkan tenaga pada saat bekerja dan sekali waktu memanjakan badannya untuk mengkonsumsi makanan pasar yang relatif lebih enak. Namun, seenak-enaknya makan bagi masyarakat tani, bahan yang digunakan adalah hasil ternak dari hasil bumi di sekitarnya seperti Kambing, ayam, beras dengan sayur-mayur brokoli, kacang kapri, buncis, dll. Tidak heran jika  kaum pedagang "chinese" memanfaatkan emosional masyarakat yang notabene suka makan ini dengan menjajakan aneka makanan untuk diperdagangkan bahkan dikomersialkan menjadi "Pusat Jajanan Oleh-oleh" baik untuk konsumsi masyarakat sekitarnya maupun turis yang sedang berkunjung ke lokasi wisata di sekitarnya (Borobudur, Mendut, Ketep). Dengan meningkatnya arus lalulintas yang melintas di jalan Magelang - Muntilan, akhir-akhir ini berdiri warung-warung makan di sepanjang pinggir jalan antara kota Magelang - Muntilan tersebut yang menawarkan berbagai jenis makanan mulai dari "mangut", bebek goreng, sate kelinci, tongseng ayam, tengkleng, dll. Bagi kaum berduit tersedia juga rumah-rumah makan besar. 

Inilah sekilas indikasi masayrakat yang sukan makan (jajan). Tidak hanya kaum tani saja yang benar-benar mengkonsumsi makanan (jajan) untuk menopang tenaganya yang terkuras bekerja di sawah,  ternyata karyawan/karyawati kantoran pun juga suka makan (jajan). Coba anda perhatikan pada jam-jam sarapan pagi di sekitar Pasar Muntilan, "Soto Grombyang" dengan tarif relatif murah seharga Rp.6.000,-/mangkok selalu dipadati Karyawan yang akan pergi berangkat bekerja. Pada jam makan siang, sampai-sampai karyawan dari pusat pemerintahan kabupaten pun pada "nglurug" makan sampai Gunung Pring, Muntilan. Disana ada Tongseng Ayam yang selalu dipadati pengunjung.
Kalau malam hari lain lagi..., masayarakat lebih lekat dengan nuansa "bakmi jawa". Warung Makan "dadakan" di malam hari di sepanjang Jalan Talun mulai dari  Klenteng - Prapatan Sayangan saja dari 30 Warung Makan terdapat 10 unit yang jualan Bakmi/Bakso. Saya pernah menghitung, tahun 2009 di Kota Blabak dan Muntilan terdapat 135 Warung Bakmi yang selalu dipadati pengunjung khususnya pada sore dan malam hari. Kalau dihitung termasuk Warung Bakso jumlahnya 165 unit. Wah.. wah..wah, tidak salah julukan wong seneng mangan bagi masyarakat sekitar kita ini.
Sate kambing Gulon, digemari masyarakat

Berikut  jenis-jenis kuliner yang umum disukai masyarakat tani setempat, a.l : sate, gulai dan tongseng dengan citarasa khas .

Tongseng kambing Mirah, aduhai..




Kota Muntilan sebagai kota agraris menyimpan aneka kuliner hasil olahan dari bahan baku singkong atau istilah lokalnya "telo jenderal". Berikut beberapa contoh singkong yang direkayasa dalam aneka citarasa. maraknya aneka olahan ini terdukung oleh daerah penghasil singkong kwalitas prima, misalnya daerah "Lor Kali Mangu sampai di puncak Merbabu" adalah penghasil singkong nomor satu. Masyarakat mengenalnya sebagai "Telo Piji" yang "mempur" dan tahan terhadap busuk jamur yang berakibat singkong menjadi beracun.


Dibawah adalah sederet aneka kuliner yang berbahan baku dari singkong yang dihasilkan oleh masyarkat sekitar Kota Muntilan. 

Gethuk Lindri Kemul Serat Keju

Colenak, Singkong Kemul Gula-Kelapa 


Gethuk  Lindri terbuat dari singkong direbus, dihancurkan "dideplok" ditambahkan gula dan garam secukupnya dan dicetak dalam bentuk mie dan sebagai hiasan ditambahkan keju.
Colenak, adalah singkong direbus, dipanggang sebentar, sebagai kawan pendamping agar mempunyai citarasa makanan berat ditambahkan kelapa, sedikit gula merah.


Lapis Singkong, terbuat dari campuran tepung singkong plus beras biasa dicairkan, dicampur dengan santan dan gula secukupnya. Sebagaimana membuat kue lapis, cairan dituangkan secara berlapis-lapis dalam ketebalan yang cukup tebal tidak seperti kue lapis umunya, lapisan tipis-tipis.

Kue Lapis Singkong + Kelapa Parut
Nah, ini dia Pizza Singkong, mirip sekali dengan pizza dari terigu. Rasanya tidak kalah dengan citarasa pizza terigu. Bahan dari tepung singkong gaplek dicampur sedikit terigu, dst. 
Pizza Singkong, Lezaat
 Dadar Gulung Singkong, terbuat dari tepung singkong yang dicetak lembaran-lembaran pada cetakan dan ditambahkan kelapa + gula merah untuk pengisi.


Sentiling, terbuat dari tepung singkong ditambahkan pati kanji, dibuat bulatan-bulatan dan ditusuk ala sate.
Singkong, Dadar Gulung
 Sentiling dimasak dengan cara dikukus. Jika tidak ditusuk maka satu sama lainnya akan lengket jadi satu, dengan namanya tersendiri yaitu 'Cethil". 


Sentiling, Singkong + Tapioka 
 







Singkong Matasapi
Mata Sapi, terbuat dari singkong yang diparut dan dicetak ditambahkan pisang untuk pengisi dan disajikan bersama dengan kelapa parut dicampur gula pasir. 
Rodoroyal atau Gelanggem, adalah tape yang yang dihancurkan dibentuk ala cake, dan digoreng.


Rondoroyal atau Gelanggem, Tape Goreng
Klepon Singkong dan Punuk Bladu adalah serupa. Bedanya klepon dominasi bahan lebih banyak beras ketan dibandingkan bahan  singkong, sedangkan Punuk Bladu murni dari singkong. Isinya sama yaitu gula merah dan selalu disajikan bersama kelapa parut. 

  
Klepon Singkong + Beras Ketan

 Thiwul, Gathot, Gethuk parut  (3G) adalah trilogi yang selalu menjadi satu tempat dalam penyajiannya. bahan Thiwul dan Gathot terbuat dari gaplek sedangkan gethuk parut, memang singkong diparut dikukus dicampur gula merah.

Punuk Bladu, Onde-onde + Kelapa Parut
Kluwo, adalah singkong rebus yang disajikan bersama dengan cairan gula merah (juroh). Untuk menambah aroma ditambahkan pandan wangi.
Gethuk Trio, nama aslinya adalah "Gethuk Gendro", yang diberi pewarna alami dari gula merah untuk menambah warna merah atau daun suji untuk pewarna hijau, dan merah jambu tetap dg pewarna makanan. "Kerbau punya susu, Sapi punya nama". Asli pembuat gethuk dari pedesaan, walaupun ada satu, dua, pembuat gethuk yang memang tinggal di kota Magelang, namun sebagian besar produsen gethuk adalah masyarakat pedesaan. Kota Magelang sebagai distributor untuk sampai kepada konsumen, maka nama Gethuk Trio menjadi trade-mark Kota Magelang. Tak apa, toh masih satu kabupaten.  

Kluwo, Singkong rebus + Juroh + Santan 


Gethuk Trio (3 warna)


Kroket Singkong, Combro
Kroket, nama asli daerahnya adalah "kemplang", hanya bentuknya yang lebih artistik, sehingga yang dikenal adalah kroket. Di daerah Jawa Barat, kroket singkong diisi oncom makanya disebut "com-ro" artinya Oncom di Jero.

Gatot, Gethuk, Tiwul + Kelapa & Gula Merah
 Masih banyak lagi jenis makanan dari singkong yang belum tertulis disini, a.l Lemet, Slondhokan, Pothil, Gethuk Goreng, tape, singkong keju, bolu singkong, dll. 

Selain makanan dari singkong, masih banyak produksi kue-kue basah hasil olahan masyarakat sekitar Sawangan dan Muntilan yang dipasok ke Magelang dan Semarang. Mau tahu buktinya, coba anda sekali waktu jalan-jalan di sekitar Pasar Muntilan pada pagi dini hari, sekitar jam 03.30 wib s/d 05.00 wib. Para produsen kue-kue basah pada membawa berbagai jenis dan aneka citarasa kue yang akan dipasok ke Kota Magelang (jarak 16 Km) dan Semarang (jarak 50 Km). 

Produk kuliner khas selain makanan dari singkong dan tongseng Gulon pun cukup banyak yang sudah "kondang kaloka" dan menjadi jujugan bagi pecintanya seperti halnya : Kupat Tahu Blabak, Mangut Bathikan, Gudheg Koplak, Tape Ketan Jumoyo, Es Murni Magelang, dls.

Di jalur wisata jalan Blabak - Ketep pun ada Warung Makan Bu Kanthi yang sudah terkenal dengan masakan Opor Ayam. Ada juga Warung Murah Ayam Goreng "Dowo Mandiri". Di warung ini cukup dengan uang Rp.5.000,- sudah bisa makan ayam goreng berikut nasinya. Faktanya, pola emosional masyarakat dalam hal per-makan-an cukup menjanjikan untuk mendulang pendapatan atau "earn".   

Kondang kawentarnya julukan "wong seneng mangan" bagi masayarakat Kota Magelang dan sekitarnya ini tidak berarti berlaku bagi "setiap orang" khususnya bagi mereka yang "priyayi bin pelit" dan yang mengidap "diabetes" pastilah mereka mengkonsumsi makanan (nasi) sangat terbatas.
Hal ini jangan dipandang sebagai sesuatu yang negatif, tetapi hendaknya justru dijadikan inspirasi bagi anda sebagai potensi dan peluang pasar dalam rangka meningkatkan pendapatan anda melalui idea-idea kreatif dalam usaha kuliner.  


Sumber Ilustrasi Foto :
1. Anonim (2011), http:anekakuliner.com
2. Anonim (2011), Makanan Asli Gunung Kidul