Mimba atau Mindi (Jawa) atau Membha, Mempheuh (Madura) atau Intaran (Bali) atau istilah asing Margosier, Margosatree, Neem tree (Inggris/Belanda) (Heyne, 1987).
Nama ilmiah: Azadirachta indica Juss atau Azadirachta azedarch L. atau Melia japonica G. Don atau Azadirachta indica Juss. (Tjitrosoepomo, 1996)
Mimba merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1987). Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm (Backer dan Van der Brink, 1965).
Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.
Habitat dan Penyebaran
Daun dan Buah Mimba |
Mimba tumbuh liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan Van der Brink, 1965).
Kandungan kimia dan Kegunaan
Daun mimba mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke, 1992). Daun mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).
Daun mimba mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke, 1992). Daun mimba mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).
Tumbuhan ini sangat kaya dengan kandungan kimia. Yang sudah diketahui antara lain : Kulit batang dan kulit akar: toosendanin C30H38O11 dan komponen yang larut C30H40O12 Limonoid, margoside, meliacin, kaemferol, resin,tanin, n-tricontane, betha-sitosterol, dan triterpen kulinone. Biji : resin sangat beracun.
Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut “the village pharmacy”, dimana mimba digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit, antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabees, penyakit kardiovaskular, dan insektisida (McCaleb, 1986). Daun mimba juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit, hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat antibakteri dan antiviral (Narula, 1997).
Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat ; Rasa pahit, dingin, sedikit beracun. Obat cacing (anthelmintic), membersihkan panas dan lembab, laxative, peluruh air kemih (diuretik), anti tumor, immunomodulator.
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).
Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat malaria. Penggunaan kulit batangnya yang pahit dianjurkan sebagai tonikum. Kulit batang yang ditoreh pada waktu tertentu setiap tahun menghasilkan cairan dalam jumlah besar. Cairan ini diminum sebagai obat penyakit lambung di India. Daunnya yang sangat pahit, di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya di minum sebagai obat pembangkit selera dan obat malaria (Heyne, 1987).
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
- Cacingan. Cara pengobatannya kulit batang atau kulit akar segar 90 – 120 gr digodok, minum.
- Scabies (gejala gatal pada kulit). Cara pengobatannya, kulit batang/akar ditumbuk hingga menjadi bubuk, kemudian dicampur dengan cuka , diaduk rata, diborehkan pada bagian yang gatal.
- Kudis. Cara pengobatannya, Kulit batang atau kulit akar direbus, airnya untuk cuci bagian kulit yang sakit. Atau daun ditumbuk halus, borehkan pada bagian yang sakit, dibalut atau kulit batang secukupnya dibakar sampai hangus, lalu digiling halus dan ditambah air kapur sirih secukupnya, dipakai untuk menggosok bagian kulit yang terkena penyakit.
- Darah Tinggi. Cara pengobatannya, daun 5 –10 gr (kering) digodok dengan 6 gelas air hingga air tinggal 3 gelas, minum 3x1 gelas/ hari.
- Tumor dan Kanker. Kulit batang akar di rebus.
Kontra indikasi atau tidak direkomendasikan dikonsumsi kepada :
- Penderita penyakit ginjal dan hati, dapat menyebabkan perlemakkan hati dan ginjal.
- Penderita penyakit jantung yang berat, penderita luka pada lambung (gastrik ulcer).
- Penderita kurang darah (anemia) dan kondisi badan lemah.
PENGALAMAN PRIBADI
Tahun 1990 famili saya (sebut saja Drs. Tri Yanjono) yang bekerja sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Kemurnian Jakarta Barat terserang kanker darah merah atau Leukemia. Pada awalnya tidak diketahui kalau penyakit yang diderita adalah leukemia. Badan mudah ngantuk, lemas dan semakin lama semakin tidak berdaya. Setelah periksa Dokter ternyata dia positip terkena Leukemia yang harus cuci darah setiap periode tertentu. Pada awal cuci darah 1 bulan, kemudian semakin lama semakin dekat jarak waktunya hingga setiap minggu harus cuci darah. Murid-muridnya pun ternyata sayang sama gurunya, setiap minggu murid-muridnya patungan untuk membantu gurunya cuci darah plus obatnya.
Saya mendengar kalau dia terkena leukemia sudah stadium lanjut. Secara kebetulan saja secara tidak sengaja saya meminta dia untuk meminum rebusan daun Mindi berikut akar dan kulit pohonnya. Saran saya dia turuti dan dia minta dicarikan daun dan kulit Mindi dari kampung. Orangtuanya mencarikan pesanan anaknya di Jakarta dan dikirim satu “besek” kotak anyaman dari bambu. Sampai di Jakarta daun sudah berjamur, namun semangat hidup dan upaya untuk sembuh sangat kuat, mulailah daun Mindi secukupnya direbus dengan air 3 gelas dan dipanaskan hingga menjadi 1 gelas.
Air rebusan diminum setiap hari 3 kali dosis 2-3 sendok makan setiap kali minum. Pada awalnya belum terlihat efeknya dan setelah 1 bulan meminum dengan teratur, kemajuan kesehatan badannya semakin lama semakin terasa. Dia mengkonsumsi rebusan daun mindi diluar resep dokter. Cuci darah tetap dilakukan setiap minggu, namun cel darah merah (eritrosit) semakin lama semakin stabil.
Dokter pun kaget setelah memeriksa dia kembali, ternyata jumlah eritrosit semakin stabil dan dianjurkan cuci darah diperjarang sembari rutin meminum ramuan daun, kulit dan akar mindi. Orangtuanya selalu mengirim daun, kulit dan akar mindi setiap kali persediaan di Jakarta hampir habis. Alhamdulillah, setelah tidak sampai genap satu tahun Tuhan memberikan jalan untuk hidup lebih panjang dan penyakit leukemia yang dideritanya lenyap, badan kembali sehat wal afiat seperti sediakala.
Catatan :
- Resep tersebut diatas bisa jadi hanya berlaku untuk daun “Mindi Gunung”, karena daun mindi yang hidup di Jakarta pernah saya ambil untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit yang sama di Pontianak, ternyata resep tidak manjur.
- Menurut catatan referensi, pada penggunaan dosis sesuai anjuran jarang menimbulkan efek samping. Namun, terjadi pada beberapa orang menimbulkan gejala pening, muntah, nyeri perut, diare, muka kemerahan dan mengantuk, penglihatan kabur dan gatal-gatal. Gejala itu akan hilang dengan sendirinya.
- Kelebihan dosis akan mengakibatkan rasa kebas (neuritis perifer), denyut jantung tidak teratur (arhytmia) tekanan darah menurun (hypotension) dan sesak napas (dyspnea).
Tentang Leukemia
Wikipedia. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow), Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα, "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih) [1]. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Sumber Referensi dan Pustaka :
Anonim, 2010, Leukemia, Insiklopedia Bebas, Wikipedia
Duke, 1992
Heyne, 1987
Narula, 1997
Neem Foundation, 1997
Tjitrosoepomo, 1996
Backer dan Van der Brink, 1965, Flora of Java,