14 Mei 2011

Ekowisata dan Hobi Pecinta Alam



A. Ekowisata
Tourism Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas (Hector Ceballos-Lascurain, 1987). Kurang lebih artinya : Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.
Rmh Pohon (Ecotourism Hutan Papua)

Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people, (The International Ecotourism Society /TIES, 1990), kurang lebih artinya "Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”.
Ekowisata sering disebut dengan ekoturisme, wisata ekologi, ecotoursism, eco-tourism, eco tourism, eco tour, eco-tour.
Definisi yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.
Pada prinsipnya Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Adapun bentuk ekowisata dapat berupa wisata air (renang, menyelam, dll), wisata alam hutan (penjelajahan/ekspedisi, cross country kawasan hutan, dll), wisata sungai (arum jeram, ekspedisi biota air, dll), wisata pantai (ski air, penjelajahan kawasan mangrove, dll)

B. Pecinta Alam

Hiking Alam Pegunungan
Pecinta Alam adalah kegiatan untuk memeliharan kelestarian alam. Jenis kegiatan pecinta alam cenderung sebagai hobi, tidak sekedar jalan-jalan menikmati keindahan alam saja, tetapi lebih terdorong keinginan untuk menjalankan misi secara probadi maupun suatu lembaga tertentu.
Bentuk kegiatan pecinta alam dapat berupa : (1) Upaya rehabilitasi biodiversitas alam (penanaman bibit tanaman mangrove, penghijauan, reboisasi hutan, pelepasliaran binatang) (2) Menaklukkan tantangan alam (panjat tebing, pendakian gunung, survival) dan (3) Perjalanan memorial event yang tidak banyak resiko fisik (napak tilas perjalanan perang gerilya, hiking, dll)
Kesamaan dan Perbedaannya
Kesamaannya secara prinsip semua adalah kegiatan jalan-jalan menghibur diri, sambil melakukan kegiatan dengan sasaran pokok adalah sesuatu yang bermanfaat bagi kelestarian alam.
Perbedaannya, ekowisata hanya terjadi pada saat-saat tertentu dengan biaya ditanggung masing-masing wisatawan dan dilakukan secara bersama-sama dalam jumlah relatif banyak, sedangkan pecinta alam memakan waktu lebih lama dengan resiko fisik lebih berat, dilakukan oleh beberapa orang saja dan memakan dana tidak sedikit.
Ekowisata tidak memerlukan peralatan khusus, semua sudah disediakan oleh penyelenggara di areal wisata tinggal membayar sejumlah Pecinta alam memerlukan
Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. Dengan visi ini Ekowisata memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional maupun lokal.
Sedangkan visi Pecinta alam adalah untuk menciptakan rasa kepedulian bagi individu atau kelompok dangan tanpa atau melibatkan individu atau kelompok lain guna mendukung pelestarian alam. Visi Pecinta alam tidak terlait dengan peluang usaha tetapi cenderung untuk memperkaya khasanah alam lingkungan bagi pelaku atau hobiis yang bersangkutan.
Fenomena Keterkaitan Kesejahteraan dan Pelestarian Lingkungan
Unsur kepudulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:
  1. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.
  2. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat.
  3. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat setempat.
  4. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi dari lingkungan yang lestari.
  5. Kehadiran eko-wisatawan ke tempat-tempat yang masih asli dan alami itu memberikan peluang kerja dan berusaha bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif (menjadi pemandu wisata, kuliner, membuka homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.
Secara manajerial, pola pengelolaan Ekowisata bisa dengan berbagai macam pola, a.l (1) Capital Base yaitu mengandalkan kekuatan modal Pengusaha, (2) Cooperative Base yaitu pengelolaan oleh kelompok kegiatan tertentu dengan modal bersama (Koperasi angkutan wisata, Koperasi Jasa Pemandu Wisata, dll) dan (3) Community Base atau pengelolaan berbasis masyarakat atau komunitas (community-based ecotourism) yaitu usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Pokoknya seluruh kegiatan dirembug bersama, dilaksanakan bersama dan dievaluasi bersama untuk kepentingan bersama.
Pola yang terakhir ini mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan. Kayaknya hanya bisa dilaksanakan pada masyarakat yang sudah maju sehingga masing-masing berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dengan maksud hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Wewenang keputusan ada pada Musyawarah, seperti halnya Pola Koperasi, tetapi penyakitnya masyarakat kita masih jauh dari kedisiplinan beradministrasi, mulai dari menulis kegiatan sampai pada membuat kwitansi dalam rangka meminimalisasikan rasa Adi Kuasa bagi yang kuat dan Tirani bagi yang lemah.
C. Kenyataan di Lapangan
Wisata atau pelancongan telah menjadi komoditas industri di Tanah Air dalam menangguk devisa baik dari dalam maupun dari manca negara. Oleh karenanya, wisata dalam bidang ekologi atau ekowisata menjadi bagian dari industri dengan objek ekosistem dengan melibatan masyarakat lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem yang bersangkutan.
Sudah wajar jika upaya pelestarian alam di lapangan justru berbalik tidak mendukung kelestarian alam oleh karena keterbatasan yang dimiliki oleh Pengunjung atau bahkan oleh masyarakat lokal. Hal tersebut adalah perjalanan sejarah yang harus diakui untuk menjadi sumber informasi untuk memperbaikinya, misalnya eksploitasi tanaman, binatang dilindungi justru dijual kepada wisatawan di areal ekowisata. Contoh perusakan alam ringan lainnya, misalnya pecinta alam justru main corat-coret atau membuang kaleng/platik di tempat-tempat yang tidak semestinya, bahkan membuat api unggun tanpa terkendali yang dapat menyebabkan kebakaran lahan.
Jakarta, Mei 2011
Referensi Tulisan :
  1. Anonim, Ekowisata, (2011) Wikipedia;
  2. Anonim, 2010, Ekowisata, Kementerian Pariwisata, Jakarta;
  3. Anonim, The International Ecotourism Society /TIES, 1990
  4. Ceballos-Lascurain, 1987, Community Base Ecotourism.


Panjat Tebing, Penuh Tantangan


Arum Jeram, Perlu Adrenalin Kuat


Bantaran S. Gendol Pasca Erupsi Merapi,
Bisa Menjadi Objek Wisata Rehabilitasi Lahan


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak, aku pernah buka internet ada ekowisata di kampung bapak Sawangan Mgl. Bagus juga ideanya tapi kayaknya itu krg menantang, hanya seperti melarut "ngeli" aja tdk ada jeramnya yg perlu nyali kuat. Jadi bukan arung jeram tapi "kekelen", apa komenta bpk.