8 Agu 2022

PENELUSURAN SOSOK TOKOH SODONGSO (Pangeran Wirjo Dipoleksono)

Siapa Sosok Sodongso...

Ilustrasi Sodongso alias P.Wirjo Dipoleksono


Maksud penelusuran Silsilah Sodongso bagi Brayat turun waris Posong Sagotrah adalah upaya menelusuri Pepunden Cikal Bakal Trah yang menurunkan 10 putra/putri yang dikenal oleh Turun Waris saat ini (2022).
Penelusuran secara visual berupa dokumen, penuturan primer dari Sesepuh Trah dan Situs Petilasan yang mengindikasikan keberadaan sosok aslinya juga belum diketemukan karena sesepuh yang mengenali silsilah sudah tidak ada lagi. Oleh karenanya, penelusuran dilakukan menggunakan logika alternatif antara lain :
(1) Mengumpulkan penuturan, kisah cerita yang pernah didengar oleh beberapa ahli waris yang bisa dipertanggungjawabkan;
(2) Mengunjungi situs petilasan dan
(3) Menelusuri lewat metafisik "kekuatan ilmu olah batin" kemampuan supranatural dari beberapa ahli waris yang menggeluti bidang tersebut  yang secara kebetulan saat ini (2022) ada yang mewarisinya.

Adapun tujuan penelusuran Silsilah Sodongso adalah untuk mencari titik terang siapa sebenarnya Sosok Sodongso. Tujuan lebih jauh adalah untuk memberikan pencerahan kepada generasi turun waris Tokoh Sodongso bahwa yang bersangkutan mengetahui silsilah Sang Tokoh secara lebih (credible) terpercaya, jauh dari tujuan mencari pengakuan (jw : ngaku-ngaku) sebagai keturunan Darah Biru

 Penelusuran Bukti-bukti Penuturan Otentik :

Mengumpulkan bukti-bukti penuturan autentik kisah-kisah yang diceritakan Pinisepuh dan Turun Waris yang mendapatkan informasi metafisik dari seorang ahli supranatural "linuwih".

Sosok Sodongso mempunyai 10 (sepuluh) anak dan masih terjaga hubungan silaturahminya hingga saat ini.  Kesepuluh anak Kabuyutan tersebut adalah sbb :

1. Kartowirjo (Gangsan)
2. Djojo (Bendan)
3. Kartorejo (Butuh kulon)
4. Kartodirjo (Posong)
5. Kartodurjo (Butuh kulon)
6. Pm (Popongan)
7. Pm (Mawungan)
8. Niti (Plalangan)
9. Pawiro (Gadingsari)
10.Kartodimedjo (Posong)

Catatan Penuturan Turun Waris sbb :

Tahun 2022,  turun waris dari 10 (sepuluh) kabuyutan tersebut di atas masih memelihara tali silaturtahmi walaupun belum secara lengkap dan intensif melakukan acara-acara keakraban, namun sudah cukup bagus terselenggara khususnya untuk yang berdomisili dai Jakarta dan sekitarnya. Namun demikian dari sekian turun waris kesepuluh kabuyutan belum ada yang tahu pasti siapa Pepunden Cikal Bakal yang menurunkan kesepuluh Sosok Kabuyutan tersebut di atas, namun upaya untuk mencari dan menemukan melalui berbagai cara semakin lama semakin menemukan titik terang. 

Tahun 1970an Mbah Urip Muljodikromo (kakaknya kakek saya Walijo Ronoredjo) menceritakan bahwa jaman dia kecil sering mendengarkan kisah cerita-cerita ayahnya Ranudikromo, adanya keakraban Mbah Sodongso dengan adik kerabatnya Kuncen Kyai Kasan Iman dan Mbah Urip sering diajak Sebo ke Keraton Mataram Jogja dan Solo.    

Tahun 2003 Mbah Slamet Sahli (Dampit) adik kandungnya nenek saya Yung Irah menceritakan bahwa Pepunden Posong Sagotrah bernama Sodongso atau Eyang Sodong adalah sosok yang sangat sakti, memiliki ilmu Pancasona yang tidak mati jika menyentuh bumi dan berumur sangat panjang dari tahun 1795an seumuran Pangeran Diponegoro meninggal awal tahun 1900an. Eyang Sodong atau Mbah Sodongso sangat tidak suka kepada Pemerintahan Belanda sebagai dampak dari Perjanjian Giyanti dan penangkapan P. Diponegoro di Karesidenan Kedu - Magelang. Sodongso adalah Aktor peristiwa heroik pada pembakaran Kantor Pusat Pemerintahan Belanda di Semarang yang dikenal sebagai Gedong Papak, Pasar Johar - Semarang. Gedung tersebut penjagaannya super ketat, namun dengan waskithaning ngelmu kanuragan yang dimilikinya, beliau bisa masuk, membakar gedung dan keluar gedung tanpa diketahui oleh Security. 

Cerita dari Mbak Budi Bekasi (nenek asli Gondang, lahir di Lampung, domisili di Jakarta, 2022), bahwa nenek buyutnya sering menuturkan tentang Sodongso, tetapi ybs tidak begitu faham maksud dan tujuannya cerita tersebut, karena belum tahu siapa sebenarnya Tokoh Sodongso kaitannya dengan turun waris yang dikenal sekarang.

Penuturan Mas Bitri bin Surahmat bin Marsan Martoredjo bin Selar bin Kartowirjo bin Sodongso saat berkunjung ke seorang Kyai Kusnadi di Cirebon (2021) dalam perjumpaannya dengan Kyai Kusnadi secara metafisik diperlihatkan bahwa dirinya adalah masih Darah Mataram. Dalam alam bawah sadar Mas Bitri diperlihatkan secara lengkap mulai dari Brawijaya Bhre Kertabhumi, Raja-raja Mataram sampai kakek dan ayahnya yang sudah tiada.


Penelusuran Fisik Situs Petilasan

Lokasi yang dikunjungi adalah situs-situs di Pesarean Mudal Kulon, Pesarean Mudal Wetan, Kuncen, Gadingsari, Puncak Gunung Kuli, Pesarean Lor Pesarean Kidul Margowangsan.


Nisan Kyai Kasan Iman (BPH Hadinegoro, Kuncen)
 

Pada saat penelusuran Petilasan di Pesarean Kuncen, dijelaskan oleh Pengelola Situs petilasan yaitu Bapak Ibrahim asal Wonolobo (Juni 2021) dijelaskan tentang penemuan petilasan, proses penggalangan Turun Waris, penelusuran ke Arsip Keraton Mataram Yogyakarta sampai peresmian Petilasan Kyai Kasan Iman oleh Pejabat Keraton Yogyakarta tahun 2006. Dalam penuturannya, Sosok Kyai Kasan Iman adalah seorang Tokoh Senopati Mataram putra Hamengu Buwana III adik Pangeran Diponegoro lain Ibu. Pada masa pelariannya ke Dsn Kuncen, beliau menjadi warga kampung menyamar dengan nama samaran Kyai Kasan Iman.  Arsip Keraton Yogyakarta Hadiningrat menjelaskan, dan mendapatkan kekancingan Kyai Kasan Iman sebagai Bendoro Pangeran Haryo (BRH) Hadinegoro alias Diponido, alias Suryo Ing Ngalogo


Dalam kisah penuturan
yang diwariskan secara turun-temurun oleh beberapa sesepuh Ahli Waris Sodongso , Kyai Kasan Iman adalah adik kandung Sodongso.

Penelusuran Situs di Pesarean Kulon Dsn Mudal ditemukan Nisan R. Djojonegoro yang dipercaya oleh ahli warisnya sebagai Saudara lain Ibu dengan Pangeran Diponegoro. Namun ahli warisnya belum menemukan bukti tertulis atau hasil penelusuran dari Keraton Mataram Yogyakarta Hadiningrat dan mungkin tidak menginginkan adanya Pengakuan Resmi Keraton Mataram untuk menjaga keakraban di internal kerabat R. Djojonegoro dan dengan masyarakat pada umumnya.
Hasil penelusuran Situs ke Puncak Gunung Kuli ditemukan petilasan yang dipercaya sebagai makam Pangeran Dipokusumo yang mungkin juga merupakan salah satu dari 9 (sembilan) Dipo saudara dan kerabat Pangerang Diponegoro. Di petilasan ini tidak ada petunjuk tertulis atau penuturan dari Sesepuh setempat tentang kepastian nama Tokoh lain selain Dipokusumo. Dimungkinkan yang disemayamkan di Puncak Gunung Kuli adalah Tokoh-tokoh Sentono Agung sebelum Perjanjian Giyanti Tahun 1775.

Penelusuran saya dan Dimas Aryo di Pesarean Kidul Dsn Margowangsan terlihat Petilasan Kyai Soro Pendiri Dsn Margowangsan, Kyai Margowongso yang sering menampakkan sebagai Sosok Ular dan beberapa Tokoh Sakti lainnya yang nisannya menempati Cungkup Kuno.  Di Cungkup Kuno ini tidak ditemukan penuturan dari sesepuh masyarakat sekitar, siapa sebenarnya Tokoh-tokoh yang disemayamkan disitu. 

 

Petilasan R. Djojonegoro, Mudal Kulon - Swg

Penelusuran di Pesarean Lor tepatnya di pojok Timur Selatan terdapat petilasan yang dibatasi dengan batu yang merupakan kawasan makam keluarga yaitu Mbah Kartowirjo, Mbah Selar, Mbah Isah Martoredjo, Mbah Supotaruno, dll. Nisan di tempat itu tidak ada yang mewah, tidak ada tanda-tanda petilasan seorang Tokoh yang diagung-agungkan. Yang ada adalah di lokasi tersebut ahli warisnya terlihat rajin berziarah yang ditandai dengan areal yang selalu bersih dan bertabur bunga-bunga layu di atas nisannya. Disitulah kira-kira Mbah Sodongso disemayamkan, namun Sesepuh di Dsn Margowangsan bahkan masyarakat sekitarnya tidak ada yang tahu persis Petilasan Sodongso itu, yang mana. 


Hasil Penelusuran Metafisik

Ahli Waris Sodongso yang Menggeluti Metafisik Supranatural (2022) sbb :

  • Bapa Sepuh Slamet Hari Chandra bin Sutardjo Hardjosusiswo/Parinem (Mbah Guru), Posong yang berdomisili di Semarang
  • Paklik Sisworo bin Slamet Sahli, Dampit Mertoyudan yang berdomisili di Bukateja - Purbalingga
  • Mbak Sus binti Sastro Rame, Gunung Lemah yang berdomisili di Ungaran
  • Bulik Asmoro binti Suharti binti Dalilah bin Pawiro, Gadingsari  yang berdomisili di Wanasri - Tirtosari
  • Mas Kyai Edy Paryanto bin Suparman, Bulu - Padasoka yang berdomisili di Lenteng Agung - Depok.  
  • Adapun sosok Supranatural diluar Waris yang pernah mengunjungi Petilasan di Pesarean Lor dan Pesarean Kidul Dsn Margowangsan, Kuncen, Mudal dan yang menjadi Nara Sumber supporting informasi adalah Dimas Aryo - Pacitan yang berdomisili di Tangerang.

Meditasi adalah cara olah batin yang lebih dalam untuk bisa bertemu dengan Seseorang Tokoh, bilamana tokoh tersebut memang sosok yang berilmu tinggi.

Hasil penelusuran Dimas Aryo dari Pacitan yang bersamadi di Rumah Pak Samidi Margowangsan (Juni 2021) ditemui Para Tokoh (Danyang) Pedukuhan Margowangsan, a.l Mbah Sodong (Sodongso) dan Danyang Pedukuhan Margowongsan yang berbentuk Ular ber-Mahkota. Namun, oleh karena bukan ahli waris dan tidak ada komunikasi apapun antara keduanya, maka pertemuan hanya pertemuan tanpa meninggalkan pesan apapun. Dalam alam bawah sadar hanya memperlihatkan ciri berpakaian ala orang kampung memakai penutup kepala "iket", menyimpan kotak dan cupu berisi koin emas yang merupakan harta karun yang masih tersimpan secara gaib sampai saat ini.   

 
Tasya binti Harsanto Utomo bin Samidi bin Yung Irah Generasi Ke-7 Sodongso 

Pagi harinya Dimas Aryo saya antar ke Makam Petilasan Tokoh-tokoh besar zaman dahulu yang disemayamkan di Pesarean Lor dan Pesarean Kidul Dsn. Margowangsan, Pesarean Mudal kulon, Pesarean Mudal wetan, Kuncen dan Gadingsari. 

Penelusuran Paklik Sisworo bin Slamet Sahli dalam olah batin di suatu tempat wingit di tepi Pantai Selatan Kab. Gombong (2021), dia ditemui badan alus Mbah Sodongso dan bercerita banyak terkait perjalanan hidupnya berjuang labuh labet melawan Belanda. Dalam salah satu komunikasinya a.l bahwa semasa hidupnya khususnya pasca Perang Diponegoro beliau tinggal di Dsn Margowangsan sampai wafatnya sebagai petani biasa dan berbaur dengan masyarakat setempat dengan melakukan penyamaran/kamuflase dengan menyembunyikan Gelar Kebangsawanannya sebagai salah satu Pangeran Mataram, merubah namanya menjadi nama umum kampung, yaitu Sodongso untuk menghindari kejaran Belanda. Penyamaran tersebut juga bermaksud agar bisa menyatu ajur-ajer dalam bermasyarakat, tidak perlu disanjung dan membuat jarak antara dirinya dengan masyarakat sekitarnya. Kontribusi perjuangan dari bentuk peperangan fisik melawan Tentara Belanda dimodifikasi menjadi bentuk perlawanan gerilya mengganggu jalannya Pemerintahan Belanda serta berjuang di tengah masyarakat. 

Lebih jauh dalam komunikasi tersebut, badan alus Sodongso menjelaskan bahwa selama Perang Diponegoro beliau sebagai Senopati yang memimpin perang di medan laga mempertaruhkan jiwa raganya demi kejayaan bangsa. Tentunya menjadi Senopati sudah barang tentu berbaju tebal dalam makna kejawen keimanan kepada Tuhan YME dan ilmu kanuragan yang mumpuni yang tidak mempan tajamnya peluru dan senjata tajam. Disamping itu dalam menjalankan peperangan sudah barang tentu berbekal juga materi (harta) yang  diceritakan bahwa sisa materi tersebut dikasihkan kepada anak-cucunya dan sampai wafatnya masih tersisa cukup banyak dan disimpan  secara metafisik sebagai harta karun yang sampai saat ini (2022) masih ada. Barang tersebut suatu saat akan dibagikan kepada turun warisnya. Harta Karun tersebut secara filosofis bisa merupakan sanepa/peribahasa yang berarti bahwa harta akan menjadi hak ahli warisnya manakala ybs menjadi manusia yang bisa mewarisi karakter beliau dalam pengabdiannya kepada masyarakat luas.

Dalam meditasi yang dilakukan Paklik Sisworo tersebut diatas, badan alus sosok Sodongso ngendika bahwa beliau bernama asli Pangeran Wirjo Dipoleksono alias Wirjodigdo Negoro.

Semasa hidupnya Sodongso menjalin komunikasi secara intensif dengan saudaranya di Kuncen yang bernama Kyai Kasan Iman (BPH Hadinegoro) dan (pm Gadingsari) dilaksanakan sebagaimana biasanya. 

Samidi Adisumarto bin Walijo/Yungirah bin Kartiwirjo bin Sodongso
Adapun komunikasi ketiga  saudara kakak beradik tersebut diatas dengan Kerabat Keraton Mataram Yogyakarta dan Mataram Surakarta dilaksanakan dengan Sebo Marak Atur secara rutin (sumber : Mbah Urip Mulyadimedjo sebagai saksi kakek buyutnya yang melakukan sebo, 1970) 
Ritual Sebo ini tidak dijelaskan maksud dan tujuannya kepada anak cucunya sehingga tidak diwariskan secara turun temurun. 


Gambaran Silsilah vertikal dari keturunan secara acak saat ini :

Misal dari Brayat (Margowangsan) Kartowirjo  bin Sodongso :

Bapak saya : Samidi Adisumarto bin Yung Irah/Walijo Ronoredjo
binti Setro Saiman
bin Karto Wirjo
bin Sodongso (Pangeran Wirjo Dipoleksono)
bin Hamengku Buwono III
bin Hamengku Buwono II
bin Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi)
bin Amangkurat IV
bin Paku Buwana I
bin Amangkurat I (Sunan Tegalarum)
bin Hanyokrokusumo (Sultan Agung)
bin Hanyakrawati
bin Panembahan Senopati
bin Ki Ageng Pemanahan
bin Ki Ageng ngEnis
bin Ki Ageng Selo
bin Ki Getas Pendowo
bin Bondan Kejawan (Dyah Lembu Peteng)
bin BRAWIJAYA Bhre Kertabhumi...(Raja Majapahit terakhir)


Brayat Kartodirjo, Kartowrjo Generasi ke-5, 6 & 7 Sodongso (Semarang, 2016)
Dengan penelusuran tersebut diatas, apakah Ahli Waris akan menelusuri Silsilah Sodongso sampai ke Arsip Keraton mataram Yogyakarta Hadiningrat seperti halnya yang dilakukan oleh Ahli Waris Kyai Kasan Iman alias BPH Hadinegoro? 

Jawabannya tergantung dari niat dan kepentingannya generasi saat itu, mengingat karakter Sosok Soodongso justru menginginkan hidup dengan kesahajaan (prasojo), menyembunyikan Gelar Kebangsawanannya dan menyatu dengan masyarakat pada umumnya tidak minta disanjung-sanjung..... 

Kami sampaikan pula, walaupun penelusuran ini sifatnya adalah analisis dari penuturan metafisik yang otektik dan kunjungan bukti fisik situs yang sudah disahkan oleh Arsip Keraton Mataram yang secara keyakinan sangat dipercaya (credible) namun kebenaran yuridis "keberadaan Sodongso" alias Pangeran Wirjo Dipoleksono bagi Turun Waris saat ini belum perlu pengujian.

Demikian sekilas penelusuran Silsilah Sodongso alias Pangeran Wirjo Dipoleksono yang merupakan Saudara  Kyai Kasan Iman alias BPH Hadinegoro inggih Pangeran Diponido yang merupakan adik lain Ibu dengan P. Diponegoro. Pangeran-pangeran yang dikenal secara luas sebagai 9 (Sembilan) Dipo ini pasca Perang Diponegoro dikejar oleh Belanda dan memilih hidup di pedesaan menanggalkan semua atribut Darah Ratu namun tetap berjuang mengusir Belanda dengan caranya masing-masing.   

Semoga tulisan tersebut diatas dapat bermanfaat khususnya bagi segenap Ahli Waris Sodongso baik yang sudah ter-record dalam Buku Trah maupun yang belum. 

Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun kesempurnaan postingan Blog.

Cungkup Makam Wetan, berumur ratusan tahun
Sentono Agung Nyi Suntiaking disemayamkan di sini
Cungkup Kuno Makam Kidul berumur ratusan tahun
Sosok Kyai Margowongso sering menampakkan diri
 





Sumber :

  1. Wikipedia, Silsilah Raja-raja Jawa, 2022
  2. Mbah Urip, Margowangsan (sumber info penuturan, 1970) 
  3. Mbah Slamet Sahli, Dampit Mertoyudan (sumber info penuturan, 2003)
  4. Mbah Sarwadi, Jakarta (sumber info penuturan, 2019)
  5. Pak Samidi Adisumarto, Margowangsan (sumber info penuturan, 1970 - 2021)
  6. Pakde Turmudi, Matgowangsan (sumber penuturan, 2012)
  7. Paklik Sisworo bin Slamet Sahli, Bukateja (sumber info metafisik, 2022)
  8. Mbak Sus binti Sastro Rame, Ungaran (sumber info metafisik, 2021)
  9. Dimas Aryo, Pacitan yg berkunjung ke Margowangsan (sumber info metafisik, 2022) 
  10.  Mas Bitri Susilo, Indramayu (sumber info penuturan berdasarkan metafisik seorang Kyai, 2022)
  11. Mbak Budi Bekasi - Lampung (sumber info penuturan, 2022)
  12.  Pak Ibrahim, Wonolobo (sumber info penuturan dan info Situs Kyai Kasan Iman alias BPH Hadinegoro, 2022)






16 Apr 2019

GEMPITA PEMILIHAN UMUM 2019

Kampanye Pamungkas Paslon 01 Jokowi/Ma'ruf, GBK 13/4/19
Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 adalah pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 sebagai dasar hukum penyelenaggaraan Pemilihan Presiden, DPR-RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten yang diselenggarakan secara serentak dalam satu waktu. 

Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dan dalam menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus melaksanakan Pemilu berdasarkan pada asas sebagaimana dimaksud, dan penyelenggaraannya harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, dan efisien.

Tahapan Pemilu kali ini sangat unik, Calon Presiden (Capres) dari Partai tertentu dan Calon Legislatif dari masing-masing partai berlomba merebut calon pemilih dalam satu kesempatan yang sama pada saat masa kampanye. Untuk pemilihan Presiden, sudah jelas mudah diketahui, diingat dan dikenal oleh Calon pemilih. Tetapi dipastikan calon pemilih tidak hafal para Calon Legislatif baik DPR-RI, DPD, DPRD Provinsi maupun DPRD Kota/Kabupaten. Jelas Partai dimana pengusung Capres akan mendapatkan keuntungan karena sebagian besar warga pemilih tidak faham siapa calon wakil rakyat yang akan dipilih. Secara mudah pemilih akan memilih Calon legislatif dari partai yang sama dengan Capres peserta Pemilu.Oleh karenanya kampanye oleh Partai Peserta Pemilu juga tidak kalah penting, oleh karena amanat Undang-undang, keterwakilan Partai di DPR hanya diperbolehkan jika melewati 4% dari total pemilih Nasional atau sekitar 7,6 juta pemilih jika total pemilih seluruh Indonesia 190 juta orang (cukup berat). Dari 16 Partai kontestan Pemilu pasti ada yang terpental tidak bisa menduduki kursi DPR. 


Kesigapan TNI untuk antisipasi gangguan keamanan Pemilu
Keberpihakan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Faktor kesukuan, almamater, ideologi, kedaerahan dan sentimen agama tidak bisa lepas dari suasana bathin masing-masing individu. Namun ada situasi yang menjadikan pemilih menaruh empati kepada Capres dan Cawapres, yaitu kepribadian, karakteristik, jejak pengalaman masa lalu, kinerja dan wawasan kedepan yang menyebabkan seseorang pemilih manjatuhkan pilihannya. Adapun faktor keturunan kebangsawanan "darah biru" tidak lagi menjadi faktor penentu jatuhnya pilihan seseorang terhadap salah satu Capres/Cawapres. 
Friksi dalam berfikir dan berperasaan atas perbedaan pilihan pasti ada. Diharapkan jangan sampai terjadi friksi secara fisik, apalagi sampai mengumpulkan massa untuk memerangi pendukung pilihan yang lain. Demi keutuhan NKRI, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI sigap mengantisipasi gangguan ancaman keamanan. 

Entah kebetulan atau memang sudah takdir seseorang, bahwa Aura Positif Capres/Cawapres merebak menular dan merajalela dari satu orang kepada orang lainnya. Itulah yang disebut "aura positip" sehingga menimbulkan magnet ketertarikan yang semakin kuat dan semakin kuat. Kampanye Akbar adalah representasi dari keterpengaruhan seseorang Capres/Cawapres, dalam mengumpulkan massanya. Hal tersebut tidak lepas juga dari peran Panitia Pemenangan masing-masing.

Capres/Cawapres Pemilu 2019 datang dari dua sudut antagonis. Capres 01 (Joko Widodo/KH Ma'ruf Amin) hadir dari representasi "wong cilik" yang mempunyai sejarah kelam di masa kecil sampai tumbuh dewasa berwiraswasta dan Cawapres dari golongan Rohaniwan berpengaruh di Tanah Banten. Sedangkan Capres/Cawapres 02 (Prabowo Subiyanto/Sandiaga Uno) datang dari keluarga berada, terdukung dengan kapital materi yang lebih dari cukup. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan jika diukur dari kapabilitas kepemimpinannya. 

Saat redup, ada sinar matahari mengenai punggung Jokowi yg sdg orasi
Gegap gempita pesta Kampanye Pemilu 2019 dari Kubu 01 berakhir dengan acara Konser #PutihBersatu di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada tanggal 13 April 2019. Lautan manusia memenuhi Tribun dan Lapangan GBK berikut ruang-ruang kosong diluar GBK. Semoga Pemilu 2019 akan terpilih Presiden yang dikehendaki oleh Sebagian Besar Warga Negara Indonesia dalam kondisi aman, tertib, lancar dan sukses.
Amin

Selesai pilpres tanggal 17 April 2019 sambil menunggu hasil penghitungan suara KPU, sistem hitung cepat (quick count) dari 4 Lembaga Survey sudah bisa menayangkan keunggulan perolehan suara.  Kecanggihan quick count dalam kiprahnya pada Pilpres 2019 telah menunjukkan hasil sementara berdasarkan data sampling. Akurasi penghitungan antara 1 - 5 % dengan perolehan 01 : 02 berkisar 55% : 45 %, membuat kedua kubu saling serang dengan narasi yang menegangkan, seakan-akan kedua kubu akan melakukan perang.

Ternyata setelah KPU mengumumkan hasil penghitungan manual, hasilnya adalah 55,5 % : 44,5 %, berarti
Hasil Penghitungan Riil KPU Pilpres 2019, menjelang akhir penghitungan
sistem hitung cepat bisa digunakan untuk menduga hasil penghitungan riil. Namun Kubu 02 (Prabowo/Sani Uno) tidak terima dan memilih menempuh jalur hukum dengan dalil-dalil yang diamanahkan pada Undang-undang Pemilihan Umum No.7 tahun 2017, yangmana ada celah menuntut keadilan atas hasil Pemilu 2019 yaitu dugaan Terstruktur, Sistematis dan Massif (TSM).

Upaya hukum Pasangan Prabowo/Sandi yang dialamatkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ditolak artinya bukti-bukti dalil TSM tidak bisa dibuktikan secara fisik, saksi pelaku dan administratif yang meyakinkan. Gagal di Bawaslu kemudian ditingkatkan ke Mahkamah Konstitusi (MK). 
Pengadilan di MK pun kandas karena pemohon (02) tidak bisa membuktikan dalil TSM di persidangan. Berdasarkan hasil persidangan sengketa perolehan suara di MK, akhirnya tanggal 12 Juli 2019 Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil Pilpres bahwa Pasangan Jokowi/Ma'ruf Amin sebagai Pemenang Pemilu 2019. Jokowi/Prabowo melakukan pertemuan informal di Moda Transportasi Massal MRT pada tanggal 13 Juli 2019 sebagai bentuk silaturahmi kembali kedua Tokoh Politik yang bersaing, berseteru selama masa kampanye 8 (delapan) bulan sebelumnya dan drama kompetisi Pilpres 2019 berakhir sampai disini. 

Pada tanggal 14 Juli 2019 Presiden/Wakil Presiden terpilih melakukan festival di Sentul Internasional Convention Center yang digalang oleh Tim Kemenangan Nasional kubu 01 yang diketuai Bapak Erick Tohir Jokowi menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pendukungnya dan kepada seluruh rakyat Indonesia umumnya bahwa Pilpres 2019 telah dilaksanakan dengan aman, penuh kesadaran tinggi sampai terpilihnya Presiden/Wakil Presiden (Jokowi/Ma'ruf Amin) masa bakti 2019 -2024.

25 Okt 2018

HOAX dan PERKEMBANGANNYA


Pengertian Hoax

Noun : hoax - something intended to deceive; deliberate trickery intended to gain an advantage
dupery, put-on, fraud, fraudulence, humbug, chicanery, wile, shenanigan, trickery, guile, chicane - the use of tricks to deceive someone (usually to extract money from them)

goldbrick - anything that is supposed to be valuable but turns out to be worthless

Verb : hoax - subject to a playful hoax or joke

cozen, deceive, delude, lead on - be false to; be dishonest with


Cambridge Dictionary
hoax definition: 1. a plan to deceive someone, such as telling the police there is a bomb somewhere when there is not one, or a trick:
2. to deceive, especially by playing a trick on someone3. a plan to deceive a large group of people; a trick:


Kata benda : Hoax adalah tipuan - sesuatu yang dimaksudkan untuk menipu; tipuan yang disengaja dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan hasil penipuan, penipuan, kecurangan, penipuan, humbug, kecurangan, tipu muslihat, shenanigan, tipu muslihat, tipu muslihat, chicane - penggunaan trik untuk menipu seseorang (biasanya untuk mengambil uang dari mereka)
goldbrick - apa pun yang dianggap berharga tetapi ternyata tidak berharga

Kata kerja: tipuan - tunduk pada lelucon atau lelucon yang lucu

mainkan lelucon, tarik kaki seseorang
cozen, menipu, menipu, memimpin - salah; tidak jujur dengan


Kamus Cambridge
Definisi Hoax :
    1. rencana untuk menipu seseorang, seperti memberi tahu polisi ada bom di suatu tempat
      ketika tidak ada, atau
    2. untuk menipu, terutama dengan memainkan tipuan pada seseorang
    3. rencana untuk menipu sekelompok besar orang;
Pada prinsipnya Hoax adalah segala bentuk kejadian tipudaya ketidakjujuran seseorang atau kelompok untuk mengelabui seseorang dan atau sekelompok besar orang dengan maksud agar kelompok sasaran terpengaruh oleh bentuk tipudaya tersebut. Untuk memaksimalkan dampak hoax biasa disusun dalam bentuk narasi yang bombastis dan untuk meyakinkan narasi maka dimunculkan personal alibi sebagai testimoni yang seakan-akan mengetahui suatu kejadian.

Bentuk hoax bermacam-macam, mulai dari hoax ringan berupa berita ringan, hoax medium yang terdampak bersifat lokal dan hoax berat yang berbentuk hasutan.

Keuntungan bagi pembuat hoax, bilamana seseorang atau kelompok sasaran terpengaruh oleh hoax tersebut, jika yang terpengaruh seorang penguasa akan mengeluarkan kebijakan sesuai pesan hoax, jika yang terpengaruh seorang pemimpin kelommpok akan menggalang kekuatan anti hoax, jika yang terpengaruh adalah masyarakat bawah maka bisa jadi akan mempersiapkan fisik untuk antisipasi pengaruh hoax dalam skala lapangan (bentrok fisik). Begitu bahayanya hoax yang bersifat menghasut.


Sejarah Hoax

Awal mula hoax bisa ditelusuri bahkan sebelum 1600-an. Kebanyakan informasi pada era tersebut disebarkan tanpa komentar. Pembaca bebas menentukan validitas informasi berdasarkan pemahaman, kepercayaan/agama, maupun penemuan ilmiah terbaru saat itu.
Kebanyakan hoax pada era tersebut terbentuk karena spekulasi. Misalnya saja, saat Benjamin Franklin pada 17 Oktober 1745 via Pennsylvania Gazettemelansir tentang batuan China yang bisa digunakan untuk mengobati rabies, kanker, dan penyakit mematikan lain.
Bagaimanapun, verifikasi informasi itu hanya didasari oleh testimoni personal. Satu pekan kemudian, sebuah surat klarifikasi di Gazette mengklaim bahwa batuan tersebut ternyata terbuat dari tanduk rusa dan tidak memiliki kemampuan medis apapun.
Pada 1726,  penulis Jonathan Swift menggunakan strategi hoax untuk menerbitkan cerita berjudul Travels Into Several Remote Nations of the World. Sebelumnya, pada 1708, dia juga menggunakan hoax tidak berbahaya berisi prediksi astrologi pada 1 April, yang kini dikenal sebagaiApril Fools’ Day.
Pada 1835, penulis Edgar Allan Poe menerbitkan cerita hoax terkenal; The Unparalled Adventure of One Hans Pfaall tentang pria yang pergi ke bulan menggunakan balon udara dan tinggal di sana selama 5 tahun.


Hoax Permulaan Abad XIX

Perkembangan hoax semakin pesat pada pertengahan pertama abad XIX. Seiring dengan itu, jumlah komunitas sains semakin melesat di Amerika Serikat, dan banyak dari mereka yang menerbitkan penemuan hoax yang menggemparkan.
Salah satu hoax yang paling menggemparkan saat itu adalah The Great Moon Hoax yang dilansir pada 1835 di The Sun, New York. ReporterThe Sun menduga bahwa peneliti John Herschel menemukan manusia bersayap setinggi 4 kaki di bulan.
Cerita tersebut lama-kelamaan dipercaya publik sebagai sebuah kebenaran. Apalagi, John adalah putra dari peneliti penemu planet Uranus, William Herschel. Setelah hoax itu terbongkar, publik menuntut pemilikThe Sun, Benjamin Day.
Pada 1860-an, P.T. Barnum membuathoax berjudul What Is It?, yang diklaim menjawab misteri teori Charles Darwin tentang evolusi primata menjadi manusia. Ironisnya, hoax tersebut digunakan sebagai senjata politik saat era pemilihan presiden Abraham Lincoln.
Pada 1869, muncul berita hoax yang paling menggemparkan sepanjang sejarah media cetak, yaitu penampakan manusia raksasa setinggi 10 kaki (Cardiff Giant) di New York. Rupanya, raksasa tersebut adalah buatan ahli tembakau George Hull.
Pada 1874, James Gordon Bennett Jr. Membuat cerita hoax di New York Herald tentang binatang buas yang kabur dari kebun binatang dan membunuh 49 orang. Akibat hoaxtersebut, terjadi kekacauan dan kepanikan publik yang hebat.




Hoax Abad XX dan Masa Kini
Pada abad ke-XX, berita hoax lebih banyak disebarkan melalui jalur siaran ketimbang media cetak. Hal itu terjadi seiring dengan perkembangan media massa, yang mengharuskan penayangan berita secepat mungkin. Akibatnya, banyak media massa yang tidak mengklarifikasi informasi terlebih dahulu sebelum menyebarluaskannya.
Salah satu hoax yang paling terkenal pada abad XX adalah siaran stasiun televisi ABC dan USA Today yang mengklaim bahwa Rusia berencana menjual jenasah Vladimir Lenin untuk mendongkrak penerimaan negara.
Hoax masa kini diklaim lebih menakutkan karena bisa dibuat dengan sangat mudah dan cepat melalui Internet. Pada era digital, jumlah hoax (baik yang disengaja maupun tidak) di bidang politik, sains, ekonomi, sosial, maupun hiburan sudah tidak dapat dihitung.

Pada era digital, hoax berat disebarluaskan melalui media sosial seperti facebook, tweeter, whattapp, skype, e-mail, dll.

Hoax yang menggemparkan akhir-akhir ini adalah berita Artis Ratna Sarumpaet yang membelokkan kejadian operasi plastik wajah menjadi “seakan-akan” wajah sehabis dihajar oleh sekelompok orang berambut cepak di Bandara Husen Sastra Negara Bandung jam tertentu. Berita “hoax” dimanfaatkan kelompoknya untuk menyerang lawan politiknya yang notabene adalah rezim saat itu dengan “issue” pelanggaran Human Right. Kontan saja Kepolisian membentuk satuan penyelidikan dan ternyata setelah Kepolisian menelusurinya dan semua tempat dimana alur cerita berita kejadian yang diceritakan tidak sesuai alias bohong “Hoax”.

Perkiraan analisis sementara, bilamana pelaku tidak terkuak kedoknya, maka pertunjukan politis dari dua kelompok massa yang berbeda keberpihakannya akan terjadi dan tidak bisa dihindarkan.


Antisipasi Pelanggaran

Pemerintah Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Secara eksplisit disebutkan pada Bab VII, sbb :

1. Pasal 27 ayat (3) dilarang :
  1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
  2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.
  3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
  4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.



2. Pasal 28

  1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan “berita bohong” dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
  2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Bab XI Ketentuan Pidana dijelaskan adanya Ancaman kurungan atau denda pada :

Ayat 45, 46, 47, 48, 49, 50 dan 51


Berbagai sumber :
  1. Cambridge Dictionary,
  2. Wikipedia, Juni 2018
  3. UU No.11 Tahun 2008
  4. Media Elektronik Detik.com

2 Jul 2018

RITUAL LEBARAN 2018

Sungkem kpd kedua orangtua sbg bentuk hormat
Lebaran Syawal atau dalam istilah Masyarakat Jawa "badha" adalah hari sukacita setelah sebulan berpuasa wajib pada bulan Romadhon. Hari Badha atau ba'da hari sukacita oleh para pendahulu masyarakat Jawa dilaksanakan dengan gegap gempita dan menjadi budaya di seluruh pelosok kawasan dimana masyarakat Jawa berada tanpa kecuali bahkan sampai menembus batas keyakinan apakah warga masyarakat setempat sebagai muslim, kristen, penganut Budha atau Hindu. Pokoknya pada tanggal 1 Syawal sampai 7 hari kedepan, seluruh warga masyarakat tumpah ruah merayakannya. 
Sungkeman atau "ujung" kepada Kakek Nenek media saling memaafkan
 
Setiap sesepuh kampung pasti mendapat jatah dikunjungi oleh yang muda untuk saling bermaafan. Warga sepuh pun akhirnya menyediakan makanan dan minuman semampunya agar para pemuda yang hadir di rumahnya merasa krasan bersilaturahmi di rumahnya. Oleh karenanya mau tidak mau warga sepuh pun merasa mendapat penghormatan dari yang muda sehingga diharapkan yang muda menghaturkan salam hormat dan permaafan. Begitu pula yang muda pun menginginkan do'a restu warga sepuh, agar segala kesalahan dan dosa-dosanya dengan warga sepuh dimaafkan.
 
Lain perkampungan Jawa lain pula di perkampungan Sunda, Betawi, Bugis, Melayu Kalimantan, dll. Namun, pada intinya pada hari H sampai H + 7, bahkan sampai sebulan kedepannya masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertemu mempererat tali silaturahmi.

Ada yang Lain dengan Lebaran 2018  

Sungkem kepada Ibu
Berkembangnya teknologi komunikasi dan semakin canggihnya Handphone Android, munculnya aplikasi BBM, WhatsApp dan Telegram telah merubah pola komunikasi antar individu. Komunikasi yang semula pada tahun 98 HP hanya bisa untuk SMS, pada awal tahun 2000 BBM bisa membentuk Grup dalam satu Keluarga, satu kantor, tetapi terbatas pada jumlah tidak lebih dari 20 orang se idea.

Teknologi Android dan WhatsApp dapat menampung ratusan anggota untuk komunikasi dalam satu grup. Muncullah idea untuk mengumpulkan sanak keluarga se-keluarga besar atau dalam masyarakat Jawa disebut Sak Gotrah yang sering disebut Trah. Hal ini mengingat adanya kemajuan jaman, yang mengharuskan saudara satu bapk/ibu terpisah jauh dari tempat kelahirannya dan kesibukan pekerjaan yang mengakibatkan tidak bisa saling ketemu dalam kurun waktu yang cukup lama. Terlebih lagi jika dalam satu kakek/nenek atau satu kakek buyut, bisa jadi dalam kurun waktu yang cukup lama persaudaraan hilang atau dalam istilah Jawa "kepaten obor", kehilangan jejak untuk menyambung tali silaturahmi.

Dalam Grup WA untuk berhimpun dan menyelenggarakan temu silaturahmi ada yang mengumpulkan anggotanya dalam satu Kakek/Nenek, ada yang mengumpulkan dalam satu Alumni bahkan dalam satu kegiatan bisnisnya.

Video dibawah adalah Kumpul Trah dalam 7 Generasi diatasnya dibawah Panji-panji "Posong Sagotrah" yang banyak dihadiri dari Brayat Karodiryo, diselenggarakan di Dusun Kenteng - Penggaron, Kec. Sawangan, Kab. Magelang - Jawa Tengah.   

Hadir dalam kempal brayat adalah sesepuh dari Brayat Kartowiryo yaitu keluarga Mbak Samidi Margowangsan (bapak saya), Mbah Sutrisno dari Brayat Kartodiryo sedang menanam pohon kenangan Sawo Manila. 
Pohon Sawo dalam brayat ini bernilai sejarah. Konon pada Perjanjian Giyanti (tahun 1799) yang dilanjutkan dengan Perang Diponegoro (tahun 1825) pohon kerabat Keraton Mataram memberikan "sesengker" tanda kehidupan, untuk menanam Pohon Sawo sebagai pertanda bahwa dia sebagai keluarga (darah Mataram) yang suatu saat terjadi peristiwa perang dengan Belanda, maka keluarga pemilik Pohon Sawo itu dapat didatangi untuk mengungsi/bersembunyi dari kejaran Pemerintah Belanda.

Era digital telah dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan silaturahmi pada hari-hari  lebaran misalnya untuk memastikan berapa orang yang akan datang dalam mengumpulkan sanak keluarga dan handai taulan.