2 Apr 2015

Batu Akik






Akik adalah salah satu jenis batu permata, yang merupakan sebuah mineral, batu yang dibentuk dari hasil proses geologi yang unsurnya terdiri atas satu atau beberapa komponen kimia yang mempunyai harga jual tinggi, dan diminati oleh para kolektor. Batu permata harus dipoles sebelum dijadikan perhiasan (Wikipedia, 2010).


Di dunia ini tidak semua tempat mengandung batu permata. Di Indonesia hanya beberapa tempat yang mengandung batu permata antara lain di provinsi Banten dengan Kalimayanya, di Lampung dengan batu jenis-jenis anggur yang menawan dan jenis cempaka,di Pulau Kalimantan dengan Kecubungnya (amethys) dan Intan (berlian).

Permata yang paling diminati di dunia adalah yang berkristal yang selain jenis batu mulia seperti Berlian, Zamrud, Ruby dan Safir, batu-batu akik jenis anggur seperti Biru Langit, bungur atau kecubung.



Bahan Batu Giok

Beberapa macam batu permata






Tips Memilih Batu Akik




Memilih batu akik berkualitas tidak sederhana, diperlukan keterampilan dan kejelian yang diperoleh dengan cara latihan memeriksa secara terus-menerus untuk menajamkan tingkat kejeliannya.

Batu mulia, akik ataupun batu cincin dibuat dengan ukuran yang tidak besar, oleh sebab itu tentu memilih batu akik membutuhkan tingkat kejelian serta kecermatan dalam memeriksa secara detail.

Batu yang memiliki kualitas super apalagi kristal dengan penampakan yang terkesan basah dan berair umumnya memang dibanderol dengan harga yang cukup mahal, bahkan beberapa diantara jenis-jenis batu akik tertentu bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah.



Bahan Batu Bacan sebelum digosok menjadi Akik
Untuk pemula, disarankan sebaiknya membeli batu cincin yang sudah jadi ketimbang membeli batu yang masih berupa bahan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Resiko terberatnya memilih batu dari bahan dasar bisa batu hancur saat dalam proses pemotongan pada saat pembentukan sehingga penampilannya akan terlihat kurang maksimal.



Meskipun dengan membeli batu yang sudah jadi akan mengurangi resiko saat memilih dan cara membedakan batu akik/batu mulia asli dan batu akik/batu mulia palsu, namun ada hal-hal lain yang sepatutnya bisa menjadi semacam parameter atau ukuran saat membeli batu yang sudah jadi. Apa saja yang perlu diperhatikan?. Berikut adalah cara memilih batu akik, batu mulia dan batu cincin berkualitas baik yang dapat Anda lakukan, terlebih lagi jika Anda berbelanja secara online via internet.



Ada 4 panduan dasar dalam memilih mana batu akik berkualitas dan mana batu akik yang tidak berkualitas, yaitu dengan 4 C (Color, Clarity, Cut dan Carat). 4 hal inilah yang dapat menjadi dasar pada saat Anda memilih sebuah batu.

Blue safir dihargai Rp.90 juta


Color (color)

Pastikan batu akik memiliki warna yang tajam dan menarik (eye-catching). Semakin tajam kedalaman warnanya, maka kualitas batu tersebut semakin baik.



Clarity (tingkat kejernihan/kecerahan batu)

Pastikan jika batu akik memiliki warna yang jernih, tembus cahaya (beberapa jenis batu) dan memiliki tekstur mengkilap seperti kristal. Meskipun dengan tingkat kejernihan yang tinggi, tidak ada batu asli yang bisa mulus dan sempurna 100%. Batu akik asli akan selalu memiliki inklusi atau ketidaksempurnaan yang merupakan pola alami dari batu akik meskipun hanya berupa titik.



Bahan Akik Rubi
Cut (bentuk potongan batu)

Perhatikan bentuk potongan batu akik secara seksama baik dari tingkat presisi ukuran maupun jenis potongannya. Carilah bentuk dengan potongan yang simetris baik tinggi, panjang maupun lebarnya. Beberapa batu dapat memiliki pakemnya sendiri dalam urusan bentuk, misalnya batu bacan yang cenderung memiliki pola model potongan yang disukai pria yaitu dengan pola oval cabochon yang cenderung tebal guna memaksimalkan keindahannya. Diamond atau berlian yang memiliki potongan brilliant cut yang menjadi bentuk standar berlian agar dapat memiliki kemilau.

Rubi Red Pigeon seharga Rp.37 juta


Carat (ukuran berat atau volume).

Sebelum membeli batu akik, sebaiknya Anda juga memperhatikan kesesuaian beratnya. Beberapa batu seperti bacan atau chalcedony memang cenderung lebih berat karena memiliki material berupa logam (ferium) yang terdapat didalamnya. Metode ini juga bisa meminimalisir Anda dari kemungkinan mendapatkan batu akik yang palsu (terbuat dari kaca) sebab material batu buatan pasti akan jauh lebih ringan daripada batu.



Untuk bisa memahami 4 C tersebut diatas perlu latihan pemahaman yang cukup, tidak sekedar membaca buku langsung bisa memilih.





Batu Akik Bertuah



Batu Giok Aceh yg bikin heboh
Cara memilih batu akik tersebut diatas adalah dalam arti fisik alami untuk mendapatkan batu akik. Namun ada sebagian masyarakat yang mempercayai adanya kekuatan di dalamnya, akik bisa didapat dari berbagai macam yang tidak lazim seperti halnya harus menjalani ritual puasa, harus tirakat, harus mengalahkan si penunggu akik, mendapatkan dari muntahan hewan, mengambil diatas kepala ular, dsb.

Setelah mendapatkan akik dengan cara tersebut diatas, tidak serta merta akik terus dibuatkan pegangan, cincin tetapi justru disimpan di suatu tempat dibungkus mori, bahkan ada yang dimasukkan ke dalam bagian tubuhnya sebagai “jimat”.



Batu Akik Lumut Sumbar
Sebagian masyarakat ada yang mempromosikan penjualan akik dengan harga selangit melalui tes kedigdayaan dengan cara akik diikatkan pada seekor ayam dan ayam ditembak, kalau ayam tidak mati, maka harga akik dipasang dengan harga selangit.



Bahkan sebagian masyarakat ada yang mengupayakan untuk dimasuki “khodam” yang menjadi tempat makhluk tertentu berada di dalamnya, sehingga disamping bernilai estetis juga dapat meningkatkan pengaruhnya terhadap psikologi seseorang.



Ekses yang tidak lazim adalah penipuan terhadap pengguna akik yang tidak faham batu akik, misalnya membuat batu tiruan (sintetis) seakan-akan sama dengan batu akik. Ada juga yang berpura-pura sebagai seorang “dukun” memberikan sebuah akik kepada muridnya sebagai tanda telah ditransfernya kesaktian dari si dukun kepada muridnya. Dan masih banyak lagi ekses dari batu akik. 


Batu Langka dari Mikroba

Jala Sutera Emas Sebelum dibentuk
Batu Jala Sutara Emas adalah batuan fosil mikroba yang mati dan terbentuk akibat polusi kehidupan pantai oleh lava gunung berapi yang terjadi berjuta-juta tahun yang lalu. Mikroba mati dan berkumpul menjadi satu membentuk bulatan bercampur lumpur kemudian mengenai lava yang terbungkus pirit, batuan besi berwarna keemasan (badar emas) kemudian mengeras dan tertimbun tanah. 

Koleksi batuan unik menraik dan langka ini dapat dipoles  menjadi batu akik yang menarik karena memiliki motif unik seperti batuan pyrus hitam dengan urat emas. Ukuran rata-rata 4 x 3 x 2 Cm yang dapat dijadikan ukuran akik yang menawan, seperti pada gambar dibawah.



 
Akik Jala Sutera Emas setelah dibentuk

Manfaat Batu Bertuah
Bagi yang mempercayai, batu bertuah bisa digunakan untuk :
  • Kanuragan atau kesaktian
  • Pengantar penyembuhan orang sakit
  • Ajimat pengasihan, maksudnya bagi pemakainya akan disayang orang lain
  • Membawa keberuntungan / rejeki
  • Awet muda
  • Keselamatan
  • dll
Batu bertuah tidak bersertifikat, hanya dipercayai kalau barang itu ada menfaatnya. Batu bertuah dinyatakan "ampuh" berkhasiat bagi pemiliknya hanya bisa dideteksi oleh paranormal yang ahli dalam bidang mistis. Khasiat batu bertuah tidak bisa dianalisis melalui uji fisik dan telaah scientifical, tetapi bisa dilihat bukti fakta yang telah terjadi pada pemakainya.

Sertifikasi Batu Mulia 
Badan Sertifikasi batu mulia memiliki "laboratorium gemonologi" yang memperkerjakan tanaga profesional dalam ilmu geologi (ilmu batuan) yang disebut gemologist. Badan resmi pemerintah ini menguji keaslian batu mulia dan menerbitkan sertifikat, sehingga berguna bagi jual-beli batu mulia. Pembeli tidak lagi membeli batu mulia mendapatkan barang tiruan.

Sebaiknya jika anda memiliki batu mulia termasuk akik dari bahan alami, lebih baik disertifikatkan, sehingga bermanfaaat bilamana akan diperjual belikan bahkan untuk dijadikan harta warisan anda memiliki kejelasan barang yang bernilai jual tinggi. Bisa anda googling dimana alamat dan berapa biayanya untuk sertifikasi batu mulia.

Demam batu mulia khususnya akik melanda seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, fenomena ini mulai merambah ke dunia maya, melalui lapak-lapak secara online. Agar tidak tertipu calon pembeli sebaiknya melakukan uji gemologi, tidak cukup melalui tes pandangan kasat mata saja. Soal tarif sertifikasi, semakin berharga kualitas batu, tarif semakin naik.

Oleh karena batu bisa diperjualbeilkan atau digadaikan, maka Perum Pegadaian juga memiliki Laboratorium Gemologi yang memperkerjakan tenaga profesional (gemologist) yang mengoperasikan peralatan berstandard internasional dari Gemological Institute of America. Namun tidak setiap Kantor Pegadaian memiliki Laboratorium Gemologi. Ada juga Laboratorium Gemologi milik Swasta dalam pengawasan Pemerintah. Untuk menghubungi Lab, bisa diakses lewat telepon, faximile, website atau media sosial facebook. 

Berikut daftar Lab Gemologi di seluruh Indonesia :

NU Lab.Kompleks Pegadaian
Jln Dukuh V, no 13
Kp Dukuh, Kramatjati, Jak-Tim
081357575710
http://www.facebook.com/nugroho.gemologist


GRI - GEM RESEARCH INTERNATIONAL LABORATORY
Batu ceper IV No.6L Jakarta pusat 10120 Indonesia
Phone:(021) 3510132
Fax: (021) 3510133
http://www.facebook.com/GRILabPage?ref=ts&fref=ts


IGL - INTERNATIONAL GEMOLOGICAL LABORATORY
Suite 16A, Menara Imperium
Metropolitan super blok, Kaveling no 1
HR Rasuna Said, Jakarta Pusat
Telp: 021-8354050
Fax:021-8354037
E-mail: igl@igl-asia.net
http://www.facebook.com/batumuliashop?fref=ts
http://www.facebook.com/igl.asia?fref=ts


AVIANNOOR GEMS LAB
JL. Sumatera 16
Widoro Baru, Condong Catur
Yogyakarta
Telp: +62-274-7495081
Hp: +62-81-34965722
Faks: +62-274-4581363
http://aviannoorgemslab.com/


AGL - Adamas Gemological Laboratory
Apartemen Istana Harmoni, Lt1/A-2,
Kompleks Harmoni Plaza, JL. Suryopranoto,
Jakarta Pusat 10130
Telp: +62-21-6305547/6397470
Faks: +62-21-6305546
http://www.agl-igp.com/


FLAMBOYANT GEM LAB
Gajah Mada Plaza, Lt.1 No.61
Jakarta Pusat
Telp: +62-21-6344547/6339058
Faks: +62-21-6344547


Lembaga Pengembangan dan Sertifikasi Batumulia (LPSB)
JL. Achmad Yani No.22-D Km40
Martapura, 70614
Kalimantan Selatan
Telp/Faks: +62-511-4723230


Pusat Promosi Batumulia IndonesiaJL. Pajajaran 128
Bandung 40173
Telp: +62-22-6075855/6038712
Faks: +62-22-6038712
E-mail: miko@melsa.net.id


ACC Gem Lab
Surya Tehnologi Indonesia
MTH Square Lantai 1 Room 118-119
Jl. MT Haryono Kav. 10 Jakarta Timur
Phone : 085290155558


BIG LAB (Ben's International Gemological Laboratory)Jl.Gajah Mada No.19-26
Jakarta Pusat (Gajah Mada Plaza, Lt. 1 No.11)
Phone : (021) 63861666


PEGADAIAN G-Lab Jl Kramat Raya 162 Jakarta Pusat
Phone : (021)31555550

KGL (Kian's Gemological Laboratory)
Jl. Kunir No.6 , Surabaya 60175
Phone : +6231 353 1570



Referensi :
  1. Anonim, 2015, Wikipedia, Batu Mulia
  2. Anonim, 2015, Berbagai berita mass media
 
 


10 Feb 2015

Mengenal Tembang Mocopat

Gambar Lilang Laras Jiwo, 2012, Penampilan Gendhing Jati Kendang
Macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata, adalah karya sastra puisi tradisional Jawa yang dilagukan atau dalam bentuk tembang. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu (Wikipedia, 2003).
Di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Sedangkan di Jawa Tengah, macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga pada masa Mataram Islam.
Macapat ternyata ditemukan dalam kebudayaan selain di masyarakat Jawa dengan nama lain yaitu di masyarakat Sunda Bali, Sasak (Lombok) dan Madura. Selain itu macapat juga pernah ditemukan di Palembang dan Banjarmasin. Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula.
Konon maca-sa termasuk kategori tertua dan diciptakan oleh para Dewa dan diturunkan kepada pandita Walmiki dan diperbanyak oleh sang pujangga istana Yogiswara dari Kediri. Ternyata ini termasuk kategori yang sekarang disebut dengan nama tembang gedhé. Maca-ro termasuk tipe tembang gedhé di mana jumlah bait per pupuh bisa kurang dari empat sementara jumlah sukukata dalam setiap bait tidak selalu sama dan diciptakan oleh Yogiswara. Maca-tri atau kategori yang ketiga adalah tembang tengahan yang konon diciptakan oleh Resi Wiratmaka, pandita istana Janggala dan disempurnakan oleh Pangeran Panji Inokartapati dan saudaranya. Dan akhirnya, macapat atau tembang cilik diciptakan oleh Sunan Bonang dan diturunkan kepada semua wali.
Karya-karya kesusastraan klasik Jawa dari masa Mataram Islam, pada umumnya ditulis menggunakan pola susunan kata dalam baris puisi (metrum) macapat. Sebuah tulisan dalam bentuk prosa atau gancaran pada umumnya tidak dianggap sebagai hasil karya sastra namun hanya semacam 'daftar isi' saja.
Beberapa contoh karya sastra Jawa adiluhung yang ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama (Mangkunegara-IV, 1880), Serat Wulangreh (Paku Buwana-IV, 1820) dan Serat Kalatidha (Paku Buwana -VI, 1830).


Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga macam :
  • tembang cilik,
  • tembang tengahan dan
  • tembang gedhé.
Macapat dimasukkan kepada kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan, sementara tembang gedhé berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuna, namun dalam penggunaannya pada masa Mataram Islam, tidak diterapkan perbedaan antara suku kata panjang ataupun pendek. Di sisi lain tembang tengahan juga bisa merujuk kepada kidung, puisi tradisional dalam bahasa Jawa Pertengahan.
Kalau dibandingkan dengan kakawin, aturan-aturan dalam macapat berbeda dan lebih mudah diterapkan menggunakan bahasa Jawa karena berbeda dengan kakawin yang didasarkan pada bahasa Sanskerta, dalam macapat perbedaan antara suku kata panjang dan pendek diabaikan.

Struktur macapat

Sebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, sementara setiap pupuh dibagi menjadi beberapa pada.Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama. Metrum ini biasanya tergantung kepada watak isi teks yang diceritakan.
 
Jumlah pada per pupuh berbeda-beda, tergantung terhadap jumlah teks yang digunakan. Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra. Sementara setiap larik atau gatra ini dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda. Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata yang tetap dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula.


Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi nama guru wilangan. Sementara aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu.

Jenis metrum macapat

Jumlah metrum baku macapat ada limabelas buah. Lalu metrum-metrum ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhé.
Kategori tembang cilik memuat sembilan metrum, tembang tengahan enam metrum dan tembang gedhé satu metrum.
Jenis tembang Macapat 11 buah sbb :
1. Pucung : 4 gatra (12u, 6u, 8i, 12a)
2. Maskumambang : 4 gatra (12i, 6a, 8i, 8a)
3. Gambuh : 5 gatra (7u, 10u, 12i, 8u,8o)
4. Megatruh : 5 gatra (12u, 8i, 8u, 8i, 8o)
5. Mijil : 6 gatra (10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u)
6. Kinanthi : 6 gatra (8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i)
7. Durma : 7 gatra (12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i)
8. Pangkur : 7 gatra (8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i)
9. Asmaradana : 7 gatra (8i, 8a, 8e, 8a, 7a, 8u, 8a)
10. Sinom : 9 gatra (8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a)
11. Dhandhanggula : 10 gatra (10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12e, 7a)



Di bawah ini disajikan contoh-contoh penggunaan setiap metrum macapat dalam bahasa Jawa beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dijelaskan pula tokoh penciptanya menurut legenda dan watak setiap metrum

1. Dhandhanggula (Serat Jayalengkara, 10 gatra)

Prajêng Medhang Kamulan winarni, 10i
narèndrâdi Sri Jayalengkara, 10a
kang jumeneng nerpatiné, 8e
ambek santa budi alus, 7u
nata dibya putus ing niti, 9i
asih ing wadya tantra, 7a
paramartêng wadu, 6u
widagdêng mring kasudiran, 8a
sida sedya putus ing agal lan alit, 12i
tan kènger ing aksara. 7a




2. Maskumambang (4 gatra)

Gereng-gereng Gathotkaca sru anangis, 12i
Sambaté mlas arsa, 6a
Luhnya marawayan mili, 8i
Gung tinamêng astanira, 8a

3. Sinom (9 gatra), Serat Kalatidha

Mangkya darajating praja, 8a
Kawuryan wus sunyaruri, 8i
Rurah pangrehing ukara, 8a
Karana tanpa palupi, 8i
Atilar silastuti, 7i
Sujana sarjana kelu, 8u
Kalulun kalatidha, 7a
Tidhem tandanging dumadi, 8i
Hardayengrat dening hardening rubeda, 12a

4. Asmaradana (7 gatra)

Aja turu soré kaki, 8i
Ana Déwa nganglang jagad, 8i
Nyangking bokor kencanané, 8e
Isine donga tetulak, 8a
Sandhang kelawan pangan, 7a
Yaiku bagéyanipun, 8u
Wong melek sabar narima.8a


5. Kinanthi (6 gatra) Serat Rama gubahan Yasadipura, metrum ini konon diciptakan oleh Sultan Adi Erucakra.

Karakter metrum Kinanthi ini memiliki watak gandrung dan piwulang.
Anoman malumpat sampun, 8u
Praptêng witing nagasari, 8i
Mulat mangandhap katingal, 8a
Wanodyâyu kuru aking, 8i
Gelung rusak awor kisma, 8a
Ingkang iga-iga kêksi. 8i


6. Pangkur (7 gatra, gubahan, Ranggawarsita)

Lumuh tukua pawarta, 8a
Tan saranta nuruti hardengati, 11i
Satata tansah tinemu, 8u
Kataman martotama, 7a
Kadarmaning narendra sudibya sadu, 12u
Wus mangkana kalih samya, 8a
Sareng manguswa pada ji. 8i



7. Durma (Langendriyan)

Damarwulan aja ngucireng ngayuda, 12 a
Baliya sun anteni, 7 i
Mangsa sun mundura, 6 a
Lah Bisma den prayitna, 7 a
Katiban pusaka mami, 8 i
Mara tibakna, 5 a
Curiganira nuli. 7 i


8. Mijil (Haji Pamasa, Ranggawarsita)

Jalak uren mawurahan sami, 10 i
Samadya andon woh, 6 o
Amuwuhi malad wiyadine, 10 e
Ana manuk mamatuk sasari, 10 i
Angsoka sulastri, 6 i
Ruru karya gandrung. 6 u


9. Pucung (4 gatra)

Tuladha :
Ngelmu iku kelakone kanthi laku --> u
Lekase lawan kas --> a
Tegese kas nyantosani --> i
Setya budya pengekesing dur angkara --> a




Tembang Tengahan (Sekar Madya)

1. Jurudemung (7 gatra, Serat Pranacitra)

ni ajeng mring gandhok wétan, 8a
wus panggih lan Rara Mendut, 8u
alon wijilé kang wuwus, 8u
hèh Mendut pamintanira, 8a
adhedhasar adol bungkus,8u
wus katur sarta kalilan, 8a
déning jeng kyai Tumenggung, 8u.



2. Wirangrong (6 gatra, Serat Wulang Rèh anggitan Pakubuwana IV)

dèn samya marsudêng budi, 8i
wiwéka dipunwaspaos, 8o
aja-dumèh-dumèh bisa muwus, 10u
yèn tan pantes ugi, 6i
sanadyan mung sakecap, 7a
yèn tan pantes prenahira, 8a


3. Balabak (6 gatra, Serat Jaka Lodhang anggitan Ki Ranggawarsita)

Byar rahina Kèn Rara wus maring sendhang, 12a
mamèt wé, 3e
turut marga nyambi reramban janganan, 12a
antuké, 3e
praptêng wisma wusing nyapu atetebah, 12u
jogané, 3e



4.
Gambuh (5 gatra, Ki Padmosukoco)
Sekar gambuh ping catur, 7u
Kang cinatur polah kang kalantur, 10u
Tanpa tutur katula tula katali, 12i
Kadaluwarsa katutuh, 8u
Kapatuh pan dadi awon, 8o.



5. Megatruh (5 gatra, Babad Tanah Jawi anggitan Ki Yasadipura)

"sigra milir kang gèthèk sinangga bajul, 12u
"kawan dasa kang njagèni, 8i
"ing ngarsa miwah ing pungkur, 8u
"tanapi ing kanan kéring, 8i
"kang gèthèk lampahnya alon, 8o





Tembang Gede/Sekar Ageng

Girisa (8 gatra)

Metrum ini memiliki watak megah (mrebawani). Metrum ini diambil dari metrum kakawin dengan nama yang sama.
Dene utamaning nata, 8 a
Berbudi bawa leksana, 8 a
Lire berbudi mangkana, 8 a
Lila legawa ing driya, 8 a
Agung dennya paring dana, 8 a
Anggeganjar saben dina, 8 a
Lire kang bawa leksana, 8 a
Anetepi pangandika. 8 a


Sumber pustaka

  1. Lilang Laras Jiwo, 2012, Gambar Penampilan Gendhing Jati Kendang oleh sinden pagelaran karawitan, Yogyakarta
  2. Karsono H. Saputra, 1992, Pengantar Sekar Macapat. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. ISBN 979-8184-02-5
  3. Poerbatjaraka, 1952, Kapustakan Djawi. Djakarta: Djambatan
  4. Prijohoetomo, 1934, Nawaruci : inleiding, Middel-Javaansche prozatekst, vertaling vergeleken met de Bimasoetji in oud-Javaansch metrum. Groningen: Wolters
  5. I.C. Sudjarwadi et al., 1980, Seni macapat Madura: laporan penelitian. Oleh Team Penelitian Fakultas Sastra, Universitas Negeri Jember. Jember: Universitas Negeri Jember.
  6. Bernard Arps, 1992, Tembang in two traditions: performance and interpretation of Javanese literature. London: SOAS
  7. Hedi I.R. Hinzler, 1994, Gita Yuddha Mengwi or Kidung Ndèrèt. A facsimile edition of manuscript Cod. Or. 23.059 in the Library of Leiden University. Leiden: ILDEP/Legatum Warnerianum
  8. Th. C. van der Meij, 2002, Puspakrema. A Javanese Romance from Lombok. Leiden: CNWS. ISBN 90-5789-071-2
  9. Th. Pigeaud, 1967, Literature of Java. Catalogue Raisonné of Javanese Manuscripts in the Library of the University of Leiden and other public collections in the Netherlands. Volume I. Synopsis of Javanese Literature 900 - 1900 A.D. The Hague: Martinus Nyhoff
  10. J.J. Ras, 1982, Inleiding tot het modern Javaans. Leiden: KITLV uitgeverij. ISBN 90-6718-073-4


29 Jan 2015

Syair Kidung Rumekso Ing Wengi Karya Sastra Mistis Kanjeng Sunan Kalijaga

Sketsa Kanjeng Sunan Kalijaga
Kidung dalam budaya Jawa berarti salah satu bentuk karya sastra dalam bahasa Jawa Tengahan yang digubah dalam bentuk puisi menggunakan metrum Jawa Tengahan atau tembang tengahan (sekar madya).
 

Kidung yang terkenal adalah karya sastra Kanjeng Sunan Kalijaga dalam perjalanan syiar agama Islam yang kala itu masyarakat Jawa sebagian besar masih menganut kepercayaan Hindu Budha pada tahun 1500-an. Isinya logis berupaya mencari keselamatan diri, namun oleh karena diamalkan dengan cara khusus agamis dan lekat dengan budaya Jawa, maka dampaknya luar biasa  acceptable (bisa diterima) dan applicable (mudah diamalkan), "kidung rumekso ing wengi".

"Kidung Rumeksa ing Wengi" sangat dan sangat mistis.  Bahkan di kalangan pesantren yang masih menjunjung budaya Jawa, kidung tersebut diperkenalkan, diamalkan untuk dihafal dengan dibarengi "laku tirakat" dengan kondisi perut kosong di malam hari dan berpuasa agar menambah khusu' dalam membaca "rafal" juga akan lebih terhayati dalam mengucapkan baris demi baris. Bagi sebagian masyarakat Jawa, mengamalkan Kidung tersebut  sebagai laku islam kejawen. Maksudnya dalam membaca syair dalam bahasa Jawa, kebathinannya menghadap kepada Allah SWT.   

Doa pengamalan Kidung tsb diatas adalah agar Tuhan berkenan memberikan keselamatan kepada kita semua dan senantiasa terhindar dari malapetaka dengan mengamalkan hidup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Allah SWT.

Dengan tersebarnya orang-orang Jawa di seluruh pelosok Nusantara, mereka membawa serta adat budaya leluhur. Kidung tersebut diatas masih juga terbawa di lokasi tempat tinggalnya di luar jawa, sehingga boleh dikatakan Kidung Rumekso Ing Wengi dikenal oleh masyarakat Jawa di seluruh pelosok Nusantara. Kadangkala, masyarakat mensosialisasikan lewat media sosial pertunjukan seni mis : Laras Madyo, Wayang Kulit, Jathilan, dsb.  

Bagi Tokoh agama atau tokoh adat yang secara kebathinan sudah pada tingkat "muttaqin", dekat dengan Sang Kholiq, maka pengamalan kidung dipercaya akan dikabulkan. Oleh karenanya pengamalan kidung kadang dilakukan oleh beberapa orang bersama-sama  menyanyikannya dengan sangat merdu, syahdu dan sangat khusu' agar kidung insya allah akan terkabu.

Adapun fungsi pembacaan rafal kidung a.l :
1. Untuk menyembuhkan segala macam penyakit;
2. menghindari "pageblug" (penyakit endemik);
3. mempercepat jodoh bagi perawan/perjaka;
4. penolak bala dari seseorang yang akan bertindak jahat;
5. memenangkan peperangan;
6. mengabulkan usaha untuk mencapai cita-cita luhur.


Inilah syair Kidung Rumekso ing Wengi Kanjeng Sunan Kalijaga : 


Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing Lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Sakathahing Rasul
Pan dadi sarira Tunggal
Ati Adam Utekku Baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku Nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup Pamiyarsaningwang
Yusup ing rupaku mangke
Nabi Dawud Suwaraku
Jeng Suleman kasekten mami
Nabi Ibrahim nyawaku
Edris ing Rambutku
Baginda Ngali kulitingwang
Getih daging Abubakar singgih
Balung Baginda Ngusman
Sungsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah Bayuning Angga
Ayup ing Ususku mangke
Nabi Nuh ing Jejantung
Nabi Yunus ing Otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam sarak
Sammpun pepak sakatahe para
Nabi dadya sarira Tunggal.
Wiji sawiji mulane dadi
Apan apencar dadiya sining jagad
Kasamadan dening Dzate
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan dadi waras
Lamun ana wong kadhendha kaki
Wong kabanda wong kabotan utang
Yogya wacanen den age
Nalika tengah dalu
Ping sawelas macanen singgih
Luwar saking kabanda
Kang kadhendha wurung
Aglis nuli sinauran mring hyang
Suksma kang utang puniku singgih
Kang agring nuli waras
Lamun arsa tulus nandur pari puwasaa sawengi sadina,
Iderana gelengane
Wacanen kidung iku
Sakeh ngama sami abali
Yen sira lunga perang
Wateken ing sekul
Antuka tigang pulukan
Musuhira rep sirep tan ana wani
Rahayu ing payudan
Sing sapa reke bisa nglakoni
Amutiya lawan anawaa
Patang puluh dina wae
Lan tangi wektu subuh
Lan den sabar sukuring ati
Insya Allah tinekan
Sakarsanireku
Tumrap sanak rakyatira
Saking sawabing ngelmu pangiket mami
Duk aneng Kalijaga.
(Serat Kidungn Warna-warni, Surakarta, Boedi Oetomo, 1919)

Terjemahannya:
Ada nyanyian kidung yang menjaga di malam hari
Kukuh selamat terbebas dari penyakit
Terbebas dari semua malapetaka
Jin setan jahat pun tidak berkenan
Guna-guna pun tidak ada yang berani
Juga perbuatan jahat
Ilmu orang yang bersalah
Api dan juga air
Pencuri pun jauh tak ada yang menuju padaku
Guna-guna sakti pun lenyap
Semua penyakit pun bersama-sama kembali
Berbagai hama sama-sama habis
Dipandang dengan kasih sayang
Semua senjata lenyap
Seperti kapuk jatuhnya besi
Semua racun menjadi hambar
Binatang buas jinak
Kayu ajaib dan tanah angker
Lubang landak rumah manusia tanah miring
Dan tempat merak berkipu
Tempat tinggal semua badak
Walaupun arca dan lautan kering
Pada akhirnya, semua selamat
Semuanya sejahtera
Dikelilingi bidadari
Dijaga oleh malaikat
Semua rasul
Menyatu menjadi berbadan tunggal
Hati Adam, otakku Baginda Sis
Bibirku Musa.
Napasku Nabi Isa As
Nabi Yakub mataku
Yusuf wajahku
Nabi Dawud suaraku
Nabi Sulaiman kesaktianku
Nabi Ibrahim nyawaku
Idris di rambutku
Baginda Ali kulitku
Darah daging Abu Bakar Umar
Tulang Baginda Utsman
Sumsumku Fatimah yang mulia
Siti Aminah kekuatan badanku
Ayub kini dalam ususku
Nabi Nuh di jantung
Nabi Yunus di ototku
Mataku Nabi Muhammad
Wajahku rasul
Dipayungi oleh syariat Adam
Sudah meliputi seluruh para nabi
Menjadi satu dalam tubuhku
Kejadian berasal dari biji yang satu
Kemudian berpencar ke seluruh dunia
Terimbas oleh zat-Nya
Yang membaca dan mendengarkan
Yang menyalin dan menyimpannya
Menjadi keselamatan badan
Sebagai sarana pengusir
Jika dibacakan alam air
Dipakai mandi perawan tua cepat bersuami
Orang gila cepat sembuh
Jika ada orang didenda cucuku
Atau orang yang terbelenggu keberatan hutang
Maka bacalah dengan segera
Di malam hari
Bacalah dengan sungguh-sungguh sebelas kali
Maka tidak akan jadi didenda
Segera terbayarkan oleh Tuhan
Karena Tuhanlah yang menjadikannya berhutang
Yang sakit segera sembuh
Jika ingin bagus menanam padi
Berpuasalah sehari semalam
Kelilingilah pematangnya
Bacalah nyanyian itu
Semua hama kembali
Jika engkau pergi berperang
Bacakan ke dalam nasi
Makanlah tiga suapan
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani
Selamat di medan perang
Siapa saja yang dapat melaksanakan
Puasa mutih dan minum air putih
Selama empat puluh hari
Dan bangun waktu subuh
Bersabar dan bersyukur di hati
Insya Allah tercapai
Semua cita-citamu
Dan semua sanak keluargamu
Dari daya kekuatan seperti yang mengikatku
Ketika di Kalijaga.


Sumber Pustaka :
  1. Budiono Hadisutrisno, 2009, Islam Kejawen, Eula Book, Yogyakarta
  2. Anonim, 2009, Wikipedia
  3. Ahmad Ubaydillah, 2013, Mengutip dari Islam Kejawen Kidung Wengi Sunan Kalijaga 2009.
  4. Sumber gambar b.p.blogspot.com/-GdG2pYLT7Q/UYMmLqhGieI/AAAAAAAAEvE/DavLOI4z_64/s1600/Kanjeng+Sunan+Kalijaga.jpg